Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon merupakan kesultanan di pantai utara Jawa Barat dan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Cirebon saat ini merupakan nama satu wilayah administrasi, ibu kota dan kota. Nama Cirebon juga melekat pada nama bekas sebuah keresidenan yang meliputi kabupaten-kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Cirebon.
Sumber-sumber naskah tentang Cirebon yang disusun oleh para keturunan kesultanan dan para pujangga kraton umumnya berasal dari akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-18. Dari sumber naskah setempat, yang dianggap tertua adalah naskah yang ditulis oleh Pangeran Wangsakerta. Selain sumber setempat, terdapat pula sumber-sumber asing. Yang dianggap tertua dan berasal dari catatan Tome Pires saat mengunjungi Cirebon pada tahun 1513 berjudul Suma Oriental.
Mengenai nama Cirebon terdapat dua pendapat :
Babad setempat seperti Nagarakertabumi ditulis oleh Pangeran Wangsakerta, Purwaka Caruban Nagari ditulis oleh Pangeran Arya Cerbon pada tahun 1720
Babad Cirebon ditulis oleh Ki Martasiah pada akhir abad ke-1
Menyebutkan bahwa kota Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Adapun versi lain yang diambil dari Nagarakertabhumi menyatakan bahwa kata cirebon adalah perkembangan kata caruban yang berasal dari istilah sarumban yang berarti pusat percampuran penduduk.
Di Pasambangan terdapat sebuah pesantren yang bernama Gunung Jati yang dipimpin oleh Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati). Di pesantren inilah Pangeran Walangsungsang (putra raja Pajajaran, Prabu Siliwangi) dan adiknya, Nyai Rara Santang, pertama kali mendapat pendidikan agama Islam.
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya telah kuat, Walangsungsang dan Nyai Rara Santang melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Sepulang dari Mekah ia memindahkan pusat kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah kemudian didirikan keraton baru yang dinamakannya Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Cirebon adalah Walangsungsang namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati (Wali Songo). Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan Pajajaran yang belum menganut agama Islam. Ia mengembangkan agama ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat (menurut Negarakertabhumi dan Purwaka Caruban Nagari tahun 1568) digantikan oleh cucunya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu.
Pada masa pemerintahannya, Cirebon berada di bawah pengaruh Mataram. Kendati demikian, hubungan kedua kesultanan itu selalu dalam suasana perdamaian. Kesultanan Cirebon tidak pernah mengadakan perlawanan terhadap Mataram. Pada tahun 1590, Raja Mataram, Panembahan Senapati, membantu para pemimpin agama dan Raja Cirebon untuk memperkuat tembok yang mengelilingi kota Cirebon. Mataram menganggap raja-raja Cirebon sebagai keturunan orang suci karena Cirebon lebih dahulu menerima Islam. Pada tahun 1636 Panembahan Ratu berkunjung ke Mataram sebagai penghormatan kepada Sultan Agung yang telah menguasai sebagian pulau Jawa.
Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Panembahan Girilaya. Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pada masa Panembahan Girilaya (1650-1662). Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom). Panembahan Sepuh memimpin kesultanan Kasepuhan dengan gelar Syamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin. Saudara mereka, Wangsakerta, mendapat tanah seribu cacah (ukuran tanah sesuai dengan jumlah rumah tangga yang merupakan sumber tenaga).
Perpecahan tersebut menyebabkan kedudukan Kesultanan Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi VOC. Bahkan pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.
Walau demikian kemunduran politik itu ternyata sama sekali tidak mengurangi wibawa Cirebon sebagai pusat keagamaan di Jawa Barat. Peranan historis keagamaan yang dijalankan Sunan Gunung Jati tidak pernah hilang dalam kenangan. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang. Pada abad ke-17 dan ke-18 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian. Hal ini antara lain terbukti dari kegiatan karang-mengarang suluk, nyanyian keagamaan Islam yang bercorak mistik. Di samping itu, pesantren-pesantren yang pada masa awal Islam berkembang di daerah pesisir pulau Jawa hanya bertahan di Cirebon, selebihnya mengalami kemunduran atau pindah ke pedalaman.
Keraton para keturunan Sunan Gunung Jati tetap dipertahankan di bawah kekuasaan dan pengaruh pemerintah Hindia Belanda. Kesultanan itu bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Meskipun tidak memiliki pemerintahan administratif, mereka tetap meneruskan tradisi Kesultanan Cirebon. Misalnya, melaksanakan Panjang Jimat (peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw) dan memelihara makam leluhurnya Sunan Gunung Jati.
Kesultanan Cirebon 1445-1667
Berikut silsilah Kesultanan Cirebon :
Sultan Cirebon I Tahun 1445-1479 : Pangeran Cakrabuana
Sultan Cirebon II Tahun 1479-1568 : Sunan Gunung Jati
Sultan Cirebon III Tahun 1568-1570 : Fatahillah
Sultan Cirebon IV Tahun 1570-1649 : Panembahan Ratu I
Sultan Cirebon V Tahun 1649-1677 : Panembahan Ratu II
Kemudian Kesultanan Cirebon terpecah menjadi dua pada tahun 1677, yaitu Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.
Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.
Kuwu atau kepala desa Caruban yang pertama yang diangkat oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai Pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah Raden Walangsungsang, yaitu putra
Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, yang tak lain adalah puteri dari Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, Walangsungsang yang juga bergelar Ki Cakrabumi diangkat menjadi penggantinya sebagai kuwu yang kedua, dengan gelar Pangeran Cakrabuana. Dengan demikian dia adalah cucu dari Ki Gendeng Tapa.
Pada tanggal 13 Desember 1521, Prabu Siliwangi mengundurkan diri dari tahta kerajaan Pajajaran, untuk selanjutnya menjadi petapa suci sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya. Namun demikian Pangeran Cakrabuana tidak mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang – ibunya), sementara pada saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.
Ketika menggantikan Ki Ageng Alang-alang yang wafat, Pangeran Cakrabuana mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon. Dan menyebarkan agama Islam di tanah Pasundan mulai tahun 1445.
Mendengar berdirinya kerajaan baru di Cirebon, ayah dari Pangeran Cakrabuana, yaitu Prabu Suliwangi merasa senang. Kemudian ia mengutus Tumenggung Jayabaya untuk melantik (ngistrénan; Sunda) pangeran Cakrabuana menjadi raja Nagara Agung Pakungwati Cirebon dengan gelar Abhiseka Sri Magana. Dari Prabu Siliwangi ia juga menerima Pratanda atau gelar keprabuan (kalungguhan kaprabuan) dan menerima Anarimakna Kacawartyan atau tanda kekuasaan untuk memerintah kerajaan lokal. Di sini jelaslah bahwa Prabu Siliwangi tidak anti Islam. Ia bersikap “Rasika Dharmika Ring Pamekul Agami Rasul” (adil bijaksana terhadap orang yang memeluk agama Rasul Muhammad).
Pada tahun 1447, jumlah penduduk pesisir Cirebon berjumlah 348 jiwa, terdiri dari 182 laki-laki dan 164 wanita. Sunda sebanyak 196 orang, Jawa 106 orang, Andalas 16 orang, Semenanjung 4 orang, India 2 orang, Persia 2 orang, Syam (Damaskus) 3 orang, Arab 11 orang dan Cina 6 orang. Agama yang dianut seluruh penduduk pesisir Cirebon ini adalah Islam.
Pada tahun 1479, Pangeran Cakrabuana mengundurkan diri dari tampuk pimpinan kerajaan Pakungwati. Kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Ia juga kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat, Fatahillah kemudian naik takhta. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana, Gunung Sembung. Mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati adalah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati namun Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.
Sepeninggal Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas putra tertua, Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.
Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Sedaing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Ia memerintah hingga tahun 1677.
Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya (keduanya putra Panembahan Girilaya) di Mataram.
Dengan kematian Panembahan Girilaya, maka terjadi kekosongan penguasa. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian mengirimkan pasukan dan kapal perang untuk membantu Trunojoyo, yang saat itu sedang memerangi Amangkurat I dari Mataram. Dengan bantuan Trunojoyo, maka kedua putra Panembahan Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan dan dibawa kembali ke Cirebon untuk kemudian juga dinobatkan sebagai penguasa Kesultanan Cirebon.
Anak Panembahan Girilaya yang lain bernama Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi Sultan melainkan hanya Panembahan (Cirebon). Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri namun berdiri sebagai kaprabonan (paguron) yaitu tempat belajar para intelektual keraton.
Oleh Sultan Ageng Tirtayasa Kesultanan Cirebon dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga 1703 sedangkan Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.
Nara Sumber : Achmad Juniarto.
Penulis : Achmad Juniarto.
Editor : Ardiatmiko dan Nunik Sumasni.
Demikian artikel mengenai Kesultanan Cirebon dari PusakaDunia.Com.
Tags: Ilmu Pusaka Dunia
Kesultanan Cirebon
Mustika Bertuah Pulung Gantung Sakti adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Bertuah Pulung Gantung Sakti Insya Allah untuk mencapai kekayaan melimpah dan dicintai banyak lawan jenis tanpa harus menggunakan tumbal alias saran siap pakai, sebagai sarana mendatangkan banyak rejeki tanpa diduga seperti pelaku pesugihan dan mendatangkan banyak lawan jenis untuk dicinta. Produk Jenis… selengkapnya
Rp 300.000Uang Soekarno 1 Set. Spesial Uang Kuno dan Bertuah Uang Soekarno Satu Set Tahun 1960, Pecahan Rp.25.000, Rp.50.000, Rp.100.000,- Manfaat Kuno Bertuah : Koleksi Pribadi, Yoni Penarik Rejeki, Hadiah, Pameran, Investasi menguntungkan karena semakin lama semakin langka dan mahal harganya. Yoni / Tuah / Khasiat : Penarik Rejeki, Pelarisan Dagang, Bisnis dan Usaha Lainnya. Uang… selengkapnya
Rp 1.500.000Mustika Spesial Pegangan Judi Angka Delapan Mustika Spesial Pegangan Judi Angka Delapan merupakan koleksi sesepuh pusaka dunia yang memiliki motif pamor angka delapan yang indah serta elegan sekali. Pamor pada mustika tersebut asli alami dan bukan gambaran manusia. Selain itu mustika ini juga sudah sangat terkenal sekali serta banyak yang memburunya. Khasiat Mustika Spesial Pegangan… selengkapnya
Rp 500.000Mustika Pelet Munyeng Emas Pusaka Dunia Mustika Pelet Munyeng Emas Pusaka Dunia mampu menjadi sarana untuk membantu pemiliknya mewujudkan keinginanya. Mustika kami yang sudah masuk kedalam website resmi pusaka dunia terjamin keaslianya dan khasiatnya karena sudah melalui uji tes khasiat terlebih dahulu sebelum terpampang di website pusaka dunia. Mustika kami memiliki energi yang alami karena… selengkapnya
Rp 385.000Mustika Danyang Nyai Roro Kidul PUSAKA DUNIA – Mustika Danyang Nyai Roro Kidul dipercaya sebagai batu permata mistis yang dikaitkan dengan dewi laut legendaris Indonesia, Nyai Roro Kidul. Dikatakan memiliki sifat spiritual yang kuat dan sering digunakan untuk perlindungan, penyembuhan, dan menarik energi positif. Banyak orang yang percaya bahwa memiliki batu permata ini dapat membantu mereka terhubung… selengkapnya
Rp 450.000Gelang Giok Pantai Selatan Gelang Giok Pantai Selatan merupakan gelang pusaka batu giok asli yang berisikan khodam pantai selatan, Giok ini juga memiliki warna hijau muda yang sangat indah mempesona sekali. Giok ini termasuk salah satu giok yang paling dicari dan paling diminati. Selain itu giok ini juga sudah memiliki energi spiritual secara alami yang… selengkapnya
Rp 750.000Mustika Hati Ayam Bertuah Ampuh Mustika Hati Ayam Bertuah Ampuh merupakan mustika bertuah yang memiliki corak warna yang indah bagaikan hati ayam yang unik dan jarang sekali untuk didapatkan. Mustika ini sungguh indah dan langka serta banyak sekali yang memburu mustika tersebut. Segera miliki mustika tersebut sebelum diambil orang lain. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Hati… selengkapnya
Rp 285.000Keris Omyang Jimbe Luk 9 Keris Omyang Jimbe Luk 9 merupakan keris pusaka yang banyak sekali disukai para penggemar keris pusaka maupun para penggemar tosan aji. Keris ini memiliki luk dengan jumlah 9 luk dan gandiknya berbentuk omyang jimbe yang sangat melegenda namanya. Keris Omyang Jimbe Luk 9 mempunyai khasiat Insya Allah untuk membawa pemilik… selengkapnya
Rp 650.000Mustika Pelarisan Buto Ijo. Khasiat, Tuah, Manfaat Insya Allah untuk spesial khusus kemudahan jalannya rejeki, mencapai puncak kesuksesan, hidup tidak kekurangan, diberikan kesuksesan dalam semua bidang diantaranya bisnis, dagang, karir, jabatan dan sebagainya, menghindarkan dari kegagalan dan kebangkrutan. Jenis Batu ini bernama Akik Hijau Welang. Tingkat Kekerasan Batu 6.5-7 Mohs. Batu Mustika jenis ini ditemukan… selengkapnya
Rp 425.000Nama Pusaka : Keris Dholog Dapur / Bentuk : Dholog Pamor / Lambang / Filosofi : Pedaringan Kebak Tangguh / Era Pembuatan / Estimasi : Kerajaan Mataram Amangkurat Tahun Pembuatan : Abad 14-17 Model Bilah Pusaka : Luk 5 Panjang Bilah Keris : 35,6 CM Panjang Seluruh Keris : 41 CM Asal Usul Pusaka :… selengkapnya
*Harga Hubungi CSBerita Artikel Ladang/sawah Peninggalan Suku Inca Suku Inca terkenal sebagai suku yang mempunyai peradaban dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Mulai dari ilmu perbintangan, penanggalan, perburuan, dan masih banyak lagi. Salah satu bukti tingginya peradaban suku inika ini adalah tingginya peradaban sistem pertanianya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan sistem sawah terasering suku inka yang sangat terukur… selengkapnya
Penarikan Pusaka Bisa Berakhir Maut Penarikan Pusaka Bisa Berakhir Maut adalah hal yang belum banyak diketahui masyarakat. Penarikan pusaka adalah hal yang biasa bagi paranormal berilmu tinggi. Tetapi semua paranormal pasti memperhitungkan pusaka yang mau ditariknya, karena setiap pusaka memiliki power dan resiko yang berbeda-beda. Pusaka biasa terletak di pepohonan, perairan, goa hingga pegunungan. Ritual penarikan… selengkapnya
Anak Kecil Yang Takut Api Neraka Dalam sebuah riwayat menyatakan bahawa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, sedang dia berjalan-jalan dia terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wuduk’ sambil menangis. Apabila orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, “Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?” Maka berkata anak kecil… selengkapnya
Membasuh Kepala Bagi Wanita Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah disunnahkan bagi wanita ketika mengusap kepala dalam berwudhu untuk memulai dari bagian depan kepala hingga bagian belakang, kemudian kembali lagi ke bagian depan kepala sebagaimana yang dilakukan laki-laki dalam berwudhu ? Jawaban. Ya, karena pada dasarnya segala… selengkapnya
Mantra Membuat Keris. Abstrak Budaya keris tak lepas dari dua aspek pemahaman yaitu bendawi dan non-bendawi; Eksoteri dan esoteri. Awalnya, fungsi keris adalah sebagai senjata tikam, dalam perjalanannya bergeser sebagai status sosial bermuatan spiritual, sebagai ”ageman” atau pusaka turun-temurun. Prosesi pembuatan keris, merupakan narasi ritual yang dilatari perlakuan esoteristik Kejawen. Karena itu keris adalah ekspresi… selengkapnya
Info Asma Malaikat. Asma Malaikat ini memiliki banyak sekali kegunaan, diantaranya untuk : untuk pagar badan, untuk keselamatan perjalanan darat, laut dan udara, untuk kekebalan badan, agar selamat dari serangan ilmu hitam, untuk mengampuhkan jimat ( dibaca sebanyak 3 x sebelum menulisnya ), dll. Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu ‘alaikum ya Malaikat Jibril, Mikail, Isrofil, Izroil Malaikat Jibril… selengkapnya
Kesaktian Bengkeleng. Aji Bengkeleng di zaman dahulu sangat dirahasiakan. Kerana itu sangat jarang yang memilikinya. Keunggulan aji Bengkeleng sebagai ilmu kebal adalah kalau orang yang mengamalkan aji tersebut sempurna, bila kena senjata tajam dan peluru rasanya seperti kena titisan air. Selain Kesaktian Bengkeleng inilah 47 Macam Ajian Kesaktian Paling Ampuh
Kesaktian Komara Geni. Aji Komara Geni sejenis Gembala Geni yang juga merupakan aji pamungkas. Komara Geni bisa juga digunakan untuk membakar bangsa jin. kegunaan aji Komara Geni selain untuk pukulan kontak membakar jin, juga untuk pagaran badan, pagaran rumah dan pengobatan berbagai penyakit. Yang penting adalah niat si empunya aji ini. Selain Kesaktian Komara Geni inilah… selengkapnya
Cara Mendapatkan Ilmu Pelet Terampuh Pusaka Dunia Cara Mendapatkan Ilmu Pelet Terampuh Pusaka Dunia – Ilmu Pelet Terampuh merupakan sebuah layangan jasa pengisian pelet dari tim sesepuh pusaka dunia, yang bertujuan untuk membuka titik-titik aura cakra pelet pengasihan pada diri seseorang. Dengan terbukanya cakra pelet tersebut maka ilmu pelet sudah aktif pada diri anda. Pancaran… selengkapnya
Tentang Wanita Haid Dan Puasa Sahkah Puasa Bila Haid Berhenti Sebelum Fajar Tanya : Jika haid berhenti sebelum fajar lalu bersuci, maka bagaimana hukumnya ? Jawab : Puasanya tetap sah bila wanita yakin bahwa haidnya berhenti sebelum fajar. Berarti yang penting ada keyakinan bahwa ia telah berhenti haidnya. Memang ada sebagian wanita yang mengira haidnya… selengkapnya