Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon merupakan kesultanan di pantai utara Jawa Barat dan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Cirebon saat ini merupakan nama satu wilayah administrasi, ibu kota dan kota. Nama Cirebon juga melekat pada nama bekas sebuah keresidenan yang meliputi kabupaten-kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Cirebon.
Sumber-sumber naskah tentang Cirebon yang disusun oleh para keturunan kesultanan dan para pujangga kraton umumnya berasal dari akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-18. Dari sumber naskah setempat, yang dianggap tertua adalah naskah yang ditulis oleh Pangeran Wangsakerta. Selain sumber setempat, terdapat pula sumber-sumber asing. Yang dianggap tertua dan berasal dari catatan Tome Pires saat mengunjungi Cirebon pada tahun 1513 berjudul Suma Oriental.
Mengenai nama Cirebon terdapat dua pendapat :
Babad setempat seperti Nagarakertabumi ditulis oleh Pangeran Wangsakerta, Purwaka Caruban Nagari ditulis oleh Pangeran Arya Cerbon pada tahun 1720
Babad Cirebon ditulis oleh Ki Martasiah pada akhir abad ke-1
Menyebutkan bahwa kota Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Adapun versi lain yang diambil dari Nagarakertabhumi menyatakan bahwa kata cirebon adalah perkembangan kata caruban yang berasal dari istilah sarumban yang berarti pusat percampuran penduduk.
Di Pasambangan terdapat sebuah pesantren yang bernama Gunung Jati yang dipimpin oleh Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati). Di pesantren inilah Pangeran Walangsungsang (putra raja Pajajaran, Prabu Siliwangi) dan adiknya, Nyai Rara Santang, pertama kali mendapat pendidikan agama Islam.
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya telah kuat, Walangsungsang dan Nyai Rara Santang melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Sepulang dari Mekah ia memindahkan pusat kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah kemudian didirikan keraton baru yang dinamakannya Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Cirebon adalah Walangsungsang namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati (Wali Songo). Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan Pajajaran yang belum menganut agama Islam. Ia mengembangkan agama ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat (menurut Negarakertabhumi dan Purwaka Caruban Nagari tahun 1568) digantikan oleh cucunya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu.
Pada masa pemerintahannya, Cirebon berada di bawah pengaruh Mataram. Kendati demikian, hubungan kedua kesultanan itu selalu dalam suasana perdamaian. Kesultanan Cirebon tidak pernah mengadakan perlawanan terhadap Mataram. Pada tahun 1590, Raja Mataram, Panembahan Senapati, membantu para pemimpin agama dan Raja Cirebon untuk memperkuat tembok yang mengelilingi kota Cirebon. Mataram menganggap raja-raja Cirebon sebagai keturunan orang suci karena Cirebon lebih dahulu menerima Islam. Pada tahun 1636 Panembahan Ratu berkunjung ke Mataram sebagai penghormatan kepada Sultan Agung yang telah menguasai sebagian pulau Jawa.
Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Panembahan Girilaya. Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pada masa Panembahan Girilaya (1650-1662). Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom). Panembahan Sepuh memimpin kesultanan Kasepuhan dengan gelar Syamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin. Saudara mereka, Wangsakerta, mendapat tanah seribu cacah (ukuran tanah sesuai dengan jumlah rumah tangga yang merupakan sumber tenaga).
Perpecahan tersebut menyebabkan kedudukan Kesultanan Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi VOC. Bahkan pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.
Walau demikian kemunduran politik itu ternyata sama sekali tidak mengurangi wibawa Cirebon sebagai pusat keagamaan di Jawa Barat. Peranan historis keagamaan yang dijalankan Sunan Gunung Jati tidak pernah hilang dalam kenangan. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang. Pada abad ke-17 dan ke-18 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian. Hal ini antara lain terbukti dari kegiatan karang-mengarang suluk, nyanyian keagamaan Islam yang bercorak mistik. Di samping itu, pesantren-pesantren yang pada masa awal Islam berkembang di daerah pesisir pulau Jawa hanya bertahan di Cirebon, selebihnya mengalami kemunduran atau pindah ke pedalaman.
Keraton para keturunan Sunan Gunung Jati tetap dipertahankan di bawah kekuasaan dan pengaruh pemerintah Hindia Belanda. Kesultanan itu bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Meskipun tidak memiliki pemerintahan administratif, mereka tetap meneruskan tradisi Kesultanan Cirebon. Misalnya, melaksanakan Panjang Jimat (peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw) dan memelihara makam leluhurnya Sunan Gunung Jati.
Kesultanan Cirebon 1445-1667
Berikut silsilah Kesultanan Cirebon :
Sultan Cirebon I Tahun 1445-1479 : Pangeran Cakrabuana
Sultan Cirebon II Tahun 1479-1568 : Sunan Gunung Jati
Sultan Cirebon III Tahun 1568-1570 : Fatahillah
Sultan Cirebon IV Tahun 1570-1649 : Panembahan Ratu I
Sultan Cirebon V Tahun 1649-1677 : Panembahan Ratu II
Kemudian Kesultanan Cirebon terpecah menjadi dua pada tahun 1677, yaitu Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.
Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.
Kuwu atau kepala desa Caruban yang pertama yang diangkat oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai Pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah Raden Walangsungsang, yaitu putra
Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, yang tak lain adalah puteri dari Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, Walangsungsang yang juga bergelar Ki Cakrabumi diangkat menjadi penggantinya sebagai kuwu yang kedua, dengan gelar Pangeran Cakrabuana. Dengan demikian dia adalah cucu dari Ki Gendeng Tapa.
Pada tanggal 13 Desember 1521, Prabu Siliwangi mengundurkan diri dari tahta kerajaan Pajajaran, untuk selanjutnya menjadi petapa suci sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya. Namun demikian Pangeran Cakrabuana tidak mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang – ibunya), sementara pada saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.
Ketika menggantikan Ki Ageng Alang-alang yang wafat, Pangeran Cakrabuana mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon. Dan menyebarkan agama Islam di tanah Pasundan mulai tahun 1445.
Mendengar berdirinya kerajaan baru di Cirebon, ayah dari Pangeran Cakrabuana, yaitu Prabu Suliwangi merasa senang. Kemudian ia mengutus Tumenggung Jayabaya untuk melantik (ngistrénan; Sunda) pangeran Cakrabuana menjadi raja Nagara Agung Pakungwati Cirebon dengan gelar Abhiseka Sri Magana. Dari Prabu Siliwangi ia juga menerima Pratanda atau gelar keprabuan (kalungguhan kaprabuan) dan menerima Anarimakna Kacawartyan atau tanda kekuasaan untuk memerintah kerajaan lokal. Di sini jelaslah bahwa Prabu Siliwangi tidak anti Islam. Ia bersikap “Rasika Dharmika Ring Pamekul Agami Rasul” (adil bijaksana terhadap orang yang memeluk agama Rasul Muhammad).
Pada tahun 1447, jumlah penduduk pesisir Cirebon berjumlah 348 jiwa, terdiri dari 182 laki-laki dan 164 wanita. Sunda sebanyak 196 orang, Jawa 106 orang, Andalas 16 orang, Semenanjung 4 orang, India 2 orang, Persia 2 orang, Syam (Damaskus) 3 orang, Arab 11 orang dan Cina 6 orang. Agama yang dianut seluruh penduduk pesisir Cirebon ini adalah Islam.
Pada tahun 1479, Pangeran Cakrabuana mengundurkan diri dari tampuk pimpinan kerajaan Pakungwati. Kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Ia juga kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat, Fatahillah kemudian naik takhta. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana, Gunung Sembung. Mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati adalah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati namun Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.
Sepeninggal Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas putra tertua, Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.
Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Sedaing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Ia memerintah hingga tahun 1677.
Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya (keduanya putra Panembahan Girilaya) di Mataram.
Dengan kematian Panembahan Girilaya, maka terjadi kekosongan penguasa. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian mengirimkan pasukan dan kapal perang untuk membantu Trunojoyo, yang saat itu sedang memerangi Amangkurat I dari Mataram. Dengan bantuan Trunojoyo, maka kedua putra Panembahan Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan dan dibawa kembali ke Cirebon untuk kemudian juga dinobatkan sebagai penguasa Kesultanan Cirebon.
Anak Panembahan Girilaya yang lain bernama Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi Sultan melainkan hanya Panembahan (Cirebon). Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri namun berdiri sebagai kaprabonan (paguron) yaitu tempat belajar para intelektual keraton.
Oleh Sultan Ageng Tirtayasa Kesultanan Cirebon dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga 1703 sedangkan Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.
Nara Sumber : Achmad Juniarto.
Penulis : Achmad Juniarto.
Editor : Ardiatmiko dan Nunik Sumasni.
Demikian artikel mengenai Kesultanan Cirebon dari PusakaDunia.Com.
Tags: Ilmu Pusaka Dunia
Kesultanan Cirebon
Mustika Santet Gineng Peteng Pusaka Dunia Mustika Santet Gineng Peteng Pusaka Dunia mampu menjadi sarana untuk membantu pemiliknya mewujudkan keinginanya. Mustika kami yang sudah masuk kedalam website resmi pusaka dunia terjamin keaslianya dan khasiatnya karena sudah melalui uji tes khasiat terlebih dahulu sebelum terpampang di website pusaka dunia. Mustika kami memiliki energi yang alami karena… selengkapnya
Rp 385.000Mustika Kayu Keramat Khodam Ganas Mustika Kayu Keramat Khodam Ganas adalah batu mustika bertuah yang memiliki pamor corak serat kayu yang indah serta terkesan elegan sekali. pamor mustika tersebut terbentuk secara alami dan bukan karena gambaran maupun isian manusia. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Kayu Keramat Khodam Ganas Insya Allah untuk Pembuka Aura Pelet Alami. Meluluhkan… selengkapnya
Rp 300.000Cincin Rhodium Tabur Motif Wajik Cincin Rhodium Tabur Motif Wajik adalah cincin untuk mengikat batu mustika bertuah, dengan cincin tersebut dapat memberikan kesan yang lebih mempesona untuk mustika anda. Cincin ini terbuat dari bahan rhodium yang indah dan sangat cocok untuk menghiasi batu mustika, batu akik maupun batu permata koleksi anda agar lebih elegan. Cincin… selengkapnya
Rp 7.500Mustika Pesugihan Ampuh Mustika Pesugihan Ampuh adalah mustika bertuah yang memiliki pamor dengan perpaduan warna dalam satu batu mustika bertuah. Mustika tersebut dipercaya memiliki energi spiritual guna pesugihan dan melancarkan segala macam usaha. Energi yang terkandung di dalamnya sangat alami sehingga aman jika di pinang oleh siapa saja. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah… selengkapnya
Rp 300.000Batu Mustika Tunggak Semi Batu Mustika Tunggak Semi merupakan mustika bertuah yang sangat indah. Mustika ini adalah salah satu koleksi sesepuh pusaka dunia sehingga sudah melewati sortir dan salah satu mustika yang memiliki power terkuat. Mustika ini memiliki bentuk pohon yang rindang dan indah sekali sehingga cocok untuk dijadikan liontin atau cincin. Dengan Memiliki Batu… selengkapnya
Rp 955.500Batu Giok Patung Dwarapala. Garansi Uang Mahar Kembali, Kami Menjamin Mustika Batu Asli, Bukan Sintetis. Nama : Batu Giok Patung Dwarapala Ukuran Mustika : 37 X 14 X 9.6 milimeter Jenis Batu : Jadeite Jade Asal Usul : Penarikan, Natural 100%. Khasiat Bertuah Insya Allah untuk keharmonisan rumah tangga, ketentraman, keselamatan, kesehatan, kesembuhan penyakit, tolak… selengkapnya
Rp 950.000Mustika Panca Aura Wibawa Raja Mustika Panca Aura Wibawa Raja merupakan batu mustika bertuah dengan perpaduan 5 warna yang sangat indah serta terkesan elegan sekali. Mustika ini memiliki keindahan yang luarbiasa dan terpancar secara alami. Mustika ini sangat bagus juga untuk dijadikan liontin maupun cincin. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk mempunyai energi… selengkapnya
Rp 455.000Mustika Bertuah jabrang Kubro merupakan salah satu mustika pusaka dunia yang memiliki corak pamor sangat unik bernama jabrang kubro, corak pamor pada batu mustika ini sungguh unik dan langka sekali, corak pamor terbentuk secara alami dan tanpa isian maupun gambaran dari manusia. Ketika didapatkan mustika ini sudah memiliki corak pamor seperti itu. Mustika Bertuah jabrang… selengkapnya
Rp 300.000Mustika Onggo Inggi Bertuah Ampuh Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk pagar gaib pelindung diri, memancarkan aura membuat lawan jenis tergila gila, pelet ampuh, pengasihan tingkat tinggi, ajian pemikat sukma, membuat pasangan ketagihan, banyak dirindukan pasangan. Sudah Mendapatkan Bonus Minyak Pusaka untuk Perawatan Mustika Jika Berminat Dengan Produk Ini Sebutkan Pada Admin Kode… selengkapnya
Rp 275.000Mustika Bowolaksono Ampuh adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Bowolaksono Ampuh Insya Allah untuk kesuksesan sesuai keingingan / niat / hajat pemilik, semakin banyak niat / hajat akan semakin banyak khasiat dalam Batu Mustika ini. Tentu yang disebut hajat bukan sekedar angan-angan melainkan niat sungguh-sungguh penuh dengan ikhtiar dan usaha agar manfaat dalam batu… selengkapnya
Rp 375.000Praktek Dukun Solok Praktek Dukun Solok sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Praktek Dukun Solok Masyarakat Solok tidak… selengkapnya
Ciri Pasti Paranormal Caleg Terpercaya Sekarang, paranormal caleg memang banyak dicari. Hal tersebut sangat wajar mengingat ini bisa memberikan keuntungan dalam jumlah besar dengan menggunakan pusaka ampuh. Keuntungan itu pun bisa terasa pada berbagai macam aspek mulai dari finansial, posisi, hingga kehormatan. Mungkin untuk sekarang, hal itu lah yang menjadi alasan utama mengapa banyak orang… selengkapnya
Sholawat Nariyah Allohumma sholli ‘sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin laka Artinya : Ya Allah, semoga… selengkapnya
Tehnik Mengembangkan Kemampuan Cenayang Gunakan kemampuan anda untuk membantu diri sendiri dan orang lain, tetapi bukan untuk pamer. Kemampuan cenayang anda adalah kehidupan anda dan bukan untuk menjadi pusat perhatian. Penyalahgunaan kemampuan cenayang oleh seseorang dapat mengakibatkan kemampuan tersebut berbalik menghancurkan diri sendiri. Kemampuan cenayang adalah kemampuan untuk mendapatkan informasi, Energy, atau kekuatan di dalam… selengkapnya
Kesaktian Qulhu Derga Balik. Kekuatan Qulhu Derga Balik hampir serupa dengan Qulhu Geni dan Komara Geni. amalan ini bisa digunakan untuk kontak, pagaran tubuh dan mengobati orang kena tenung, santet,. Bla diserang akan kembali pada sipenyerang. Sudah barang tentu agar amalan ini bisa lebih mujarab harus sering di wirid.Selain Kesaktian Qulhu Derga Balik inilah 47… selengkapnya
Batu Mustika Bertuah Yang Masih Sering Dijumpai Batu mustika bertuah yang masih sering dijumpai Dari dulu hingga sekarang sudah banyak sekali batu mustika yang beredar dipasaran mulai dari yang memiliki khasiat hingg yang hanya untuk perhiasan saja, berikut ini beberapa Batu mustika bertuah yang masih sering dijumpai di toko pusaka; Mustika Giok Ikan Koi Putih Batu… selengkapnya
Hari Pusaka Dunia World Heritage Day (WHD) diperingati seluruh dunia tiap tanggal 18 April. Di Indonesia, WHD diterjemahkan menjadi Hari Pusaka Dunia (HPD). Agenda ini digagas oleh International Council on Monuments & Sites (ICOMOS), organisasi dunia yang bergiat pada isu pelestarian monumen dan situs pusaka. Sebenarnya ICOMOS tidak menggunakan kata “World Heritage Day”, melainkan “International… selengkapnya
Khasiat Batu Permata Achroite Achroite Variasi Warna : Tak berwarna alias bening Kadar Transparasi : Transparan hingga translucent Luster : Vitreous hingga Resinous Index Bias : 1,624 – 1,644 Kadar Keras : 7.0 – 7.5 Skala Mohs. Berat Jenis : 2.90 – 3,10 gr/cm3 Formula Kimia : NaLi2.5Al6.5 (BO3)3BO18(OH)4 (Sodium Lithium Alumunium Boro-Silicate Hydroxide (Elbaite)… selengkapnya
Berita Artikel Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari Oleh Zaenul Muttaqien DI tengah sebidang kebun manggis, seorang putri yang cantik jelita duduk termenung. Sorot matanya kosong, bibirnya terkatup rapat menandakan dia sedang bermuram durja. Tidak jauh dari tempat sang Putri duduk, melintaslah seorang lelaki paruh baya dengan karung di pundaknya. Lelaki itu tertegun sesaat manakala… selengkapnya
Tentang Ritual Pelet Pisang Emas. Banyak kalangan menganggap bahwa mitos mahabah pisang emas lebih ampuh daripada ajian Semar mesem, jaran goyang, asmarandana, arjuna teleng, semar kuning, si lujangga, kinjeng mas, dan lain sebagainya. Namun, kedasyatan sebuah ilmu bisa ditempuh dengan syarat yang sangat berat. Jadi akan seimbang hasilnya. Ibarat mutiara maka untuk mendapatkannya harus melalui… selengkapnya