Ja’far bin Abi Thalib
Ja’far bin Abi Thalib
Ia seorang yang gagah, tampan, berwibawa. Warna kulitnya yang cerah bercahaya, kelemah-lembutannya yang sopan santun, kebaikannya yang rendah hati dan kasih sayang, serta kebersihan hidup dan kesucian jiwanya, semua itu memperlihatkan kepada kita betapa miripnya jasmani dan perangainya dengan Rasulullah saw. Pada dirinya juga bertemau pokok kebaikan dan keutamaan.
Ia diberi gelar oleh Rasulullah saw sebagai “bapak si miskin.”
Ia datang kepada Rasulullah saw memasuki agama Islam dengan mengambil kedudukan tinggi di antara mereka yang sama-sama pertama kali beriman. Isterinya, Amma binti ‘Umais, juga ikut menganut Islam pada hari yang sama. Keduanya, dengan keberanian dan ketabahannya, tampil ke muka untuk hijrah ke Habsy (Ethiopia) hingga tinggal di sana selama bebarap tahun. Di sana mereka dikaruniai tiga orang anak: Muhammad, Abdullah, dan ‘Auf.
Dengan hati yang tenang, akal pikiran yang cerdas, jiwa yang mempu membaca situasi dan kondisi, serta lidah yang fasih, Ja’far bin Abi Thalib menjadi juru bicara yang lancar dan sopan selama di Ethiopia.
Kaum Quraisy yang musyrik tidak senang dengan hijrahnya beberapa kaum muslimin ke Ethiopia. Mereka sangat takut dan cemas jika kaum muslimin menyebar dan bertambah kuat. Oleh karena itu, para pemimpin Quraisy mengirimkan dua orang utusan terpilih untuk menghadap kaisar (Negus) di Habsy lengkap dengan membawa hadiah-hadiah yang sangat berharga. Kedua utusan itu, Abdullah bin Abi rabi’ah dan Amar bin Ash (keduanya waktu itu belum masuk Islam), menyampaikan harapan Quraisy agar Negus mengusir kaum muslimin yang hijrah ke Habsy.
Negus yang waktu itu bertahta di singgasana Ethiopia, adalah seorang tokoh yang mempunyai iman yang kuat. Dalam lubuk hatinya, ia menganut agama Nasrani secara murni dan padu, jauh dari penyelewengan dan lepas dari fanatik buta dan menutup diri. Nama baiknya telah tersebar ke mana-mana dan perjalanan hidupnya yang adil telah melampaui batas negerinya. Oleh karena itulah Rasulullah memilih negerinya menjadi tempat hijrah bagi sahabat-sahabatnya, dan karena ini pulalah kaum kafir Quraisy merasa khawatir kalau-kalau maksud dan tipu muslihat mereka menjadi gagal dan tidak berhasil.
Pemimpin-pemimpin Quraisy menasehati kedua utusannya agar mereka mendekati dan memberikan hadiah-hadiah kepada patrik dan uskup terlebih dahulu, sebelum menghadap kepada kaisar. Hal itu bertujuan agar para pendeta merasa puas dan berpihak kepada mereka.
Sampailah kedua utusan itu ke tempat tujuan mereka, Ethiopia. Mereka menghadap pemimpin-pemimpin agama dengan membawa hadiah-hadiah yang besar, kemudian mengirim hadiah-hadiah kepada Negus. Demikianlah, keduanya terus-menerus membangkitkan dendam kebencian di antara para pendeta. Dengan sokongan moril para pendeta itu, keduanya berharap kepada Negus agar mengusir kaum muslimin kelaur dari negerinya.
Suatu ketika, dataglah hari-hari di saat keduanya akan menghadap kaisar yang telah ditetapkan. Kaum muslimin pun diundang untuk menghadapi dendam kesumat Quraisy yang masih hendak melakukan muslihat keji dan menimpakan siksaan kepada mereka.
Dengan air muka yang jernih berwibawa, dan kerendahan hati yang penuh pesona, Baginda Negus pun duduk di atas kursi kebesarannya yang tinggi, dikelilingi oleh para pembesar gereja dan lingkungan terdekat istana. Di hadapannya, di atas suatu ruangan luas, duduk pula kaum Muhajirin Islam yang diliputi suasana penuh ketenangan dan ketenteraman.
Kedua utusan kaum Quraisy berdiri mengulangi tuduhan mereka yang pernah mereka lontarkan terhadap kaum muslimin di hadapan kaisar pada suatu pertemuan khusus yang disediakan oleh kaisar sebelum pertemuan besar yang menegangkan ini.
“Baginda Raja yang mulia…! telah menyasar orang-orang bodoh dan tolol ke negeri paduka. Mereka tinggalkan agama nenek moyang mereka, tetapi tidak pula hendak memasuki agama paduka; bahkan mereka membawa agama baru yang mereka ada-adakan, yang tak pernah kami kenal, dan tidak pula oleh paduka. Sungguh kami telah diutus oleh orang-orang mulia dan terpandang di antara bangsa dan bapak-bapak mereka, paman-paman mereka, keluarga-keluarga mereka, agar paduka sudi mengembalikan orang-orang ini kepada kaumnya kembali.”
Negus memalingkan mukanya ke arah kaum muslimin sambil melontarkan pertanyaan, “Agama apakah itu yang menyebabkan kalian meninggalkan bangsa kalian, tetapi tidak memandang perlu kepada agama kami?”
Ja’far bin Abi Thalib pun bangkit berdiri untuk menunaikan tugas yang telah dibebankan oleh kawan-kawannya sesama Muhajirin, yakni tugas yang telah mereka tetapkan dalam suatu rapat yang diadakan sebelum pertemuan ini. Dilepaskannya pandangan ramah penuh kecintaan kepada baginda Raja yang telah berbuat baik menerima mereka, lalu berkata, “Wahai paduka yang mulia! Dahulu kami memang orang-orang jahil dan bodoh: kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan pekerjaan keji, memutuskan tali silaturahmi, menyakiti tetangga dan orang yang berhampiran. Waktu itu yang kuat memakan yang lemah, hingga datanglah masanya Allah mengirim Rasul-Nya kepada kami dari kalangan kami. Kami kenal asal-usul, kejujuran, ketulusan, dan kemuliaan jiwanya. Ia mengajak kami untuk mengesakan Allah dan mengabdikan diri pada-Nya, dan agar membaung jauh-jauh apa yang pernah kami sembah bersama bapak-bapak kami dulu, berupa batu-batu dan berhala. Beliau menyuruh kami bicara benar, menunaikan amanah, menghubungkan silaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga dan menahan diri dari menumpahkan darah serta semua yang dilarang Allah.”
“Dilarangnya kami berbuat keji dan zina, mengeluarkan ucapan bohong, memakan harta anak yatim, dan menuduh berbuat jahat terhadap wanita-wanita yang baik-baik. Lalu kami benarkan dia dan kami beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak kami persekutukan sedikit pun juga; dan kami haramkan apa yang diharamkan-Nya kepada kami; dan kami halalkan apa yang dihalalkan-Nya untuk kami, karenanya kaum kami sama memusuhi kami, dan menggoda kami dari agama kami agar kami kembali menyembah berhala lagi, dan kepada perbautan-perbuatan jahat yang pernah kami lakukan dulu. Maka sewaktu mereka memaksa dan menganiaya kami, dan mengencet hidup kami, dan mengahalangi kami dari agama kami, kami kelaur hijrah ke negeri paduka, dengan harapan agar mendapatkan perlindungan paduka dan terhindar dari perbuatan-perbautan aniaya mereka….”
Ja’far bin Abi Thalib mengucapkan kata-kata mempesona ini laksana cahaya fajar. Kata-kata itu membagkitkan perasaan dan keharuan pada jiwa Negus, lalu sambil menolak pada Ja’far bin Abi Thalib, baginda bertanya, “Apakah Anda ada membawa sesuatu (wahyu) yang diturunkan atas Rasulmu itu?”
Jawab Ja’far bin Abi Thalib, “Ada” Tukas Negus lagi, “Cobalah bacakan padaku.”
Lalu Ja’far bin Abi Thalib membacakan bagian dari surat Maryam dengan irama yang penuh merdu, penuh kekhusuan, dan memikat hati. Mendengar itu, Negus lalu menangis dan para pendeta serta pembesar-pembesar agama lainnya pun tak tahan untuk meneteskan air matanya. Sewaktu air mata lebat dari baginda sudah terhenti, ia pun berpaling kepada kedua utusan Quraisy itu seraya berkata, “Sesungguhnya apa yang dibaca tadi dan yang dibawa oleh Isa as sama memancar dari satu pelita. Kamu keduanya dipersilahkan pergi! Demi Allah, kami tak akan menyerahkan mereka kepada kamu!”
Akhirnya, pertemuan itu pun bubar. Allah telah menolong hamba-hamba-Nya dan menguatkan mereka, sementara kedua utusan Quraisy mendapat kekalahan yang hina. Akan tetapi, Amr bin Ash, seorang yang lihai dan ulung yang penuh dengan tipu muslihat licik, tidak hendak menyerah begitu saja, apalagi berputus asa. Begitu ia kembali bersama temannya ke tempat tinggalnya, tak habis-habisnya ia berpikir dan memutar otak, dan akhirnya berkata kepada temannya, “Demi Allah, besok aku akan kembali menemui Negus, akan kusampaikan kepada baginda keterangan-keterangan yang akan memukul kaum muslimin dan membasmi urat akar mereka.”
Teman-temannya menjawab, “Jangan lakukan itu, bukankah kita masih ada hubungan keluarga dengan mereka, sekalipun mereka berselisih paham dengan kita.” Jawab Amr, “Demi Allah, akan kuberitakan kepada Negus bahwa mereka mendakwakan Isa anak Maryam itu manusia biasa seperti manusia yang lainnya.”
Inilah rupanya tipu muslihat baru yang telah diatur oleh utusan Quraisy terhadap kaum Muslimin, untuk memojokkan mereka ke sudut yang sempit, dan untuk menjauhkan mereka ke lembah yang curam. Seandainya orang Islam terang-terangan mengatakan, bahwa Isa itu salah seorang hamba Allah seperti manusia lainnya, pasti hal ini akan membangkitkan kemarahan dan permusuhan raja. Sebaliknya, jika mereka meniadakan pada Isa ujud manusia biasa, niscaya keluarlah mereka dari aqidah agama mereka.
Besok paginya kedua utusan itu segera menghadap Raja, dan berkata kepadanya, “Wahai Sri Paduka! orang-orang Islam itu telah mengucapkan suatu ucapan keji yang merendahkan kedudukan Isa.” Para pendeta dan kaum agama menjadi geger dan gempar. Gambaran dari kalimat itu cukup menggoncangkan Negus dan para pengikutnya. Mereka memanggil orang-orang Islam sekali lagi untuk menanyai bagaimana sebenarnya pandangan agama Islam tentang Isa al Masih.
Sebelum datang, orang-orang Islam duduk berunding untuk menentukan sikap terbaiknya dalam menghadapi situasi semacam ini. Akhirnya memperoleh kata sepakat, untuk menyatakan yang haq saja, sebagaimana yang mereka dengar dari Nabi Muhammad saw. Mereka tak hendak menyimpang serambut pun dari padanya, dan biarlah apa yang akan terjadi.
Pertemuan baru pun diadakan. Negus mulai melakukan percakapan dengan bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, “Bagaimana pandangan kalian terhadap Isa?”
Ja’far bin Abi Thalib bangkit sekali lagi laksana menara laut yang memancarkan sinar terang, ujarnya, “Kami akan mengatakan tentang Isa as sesuai dengan keterangan yang dibawa Nabi kami, Muhammad saw, bahwa Ia adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya serta kalimah-Nya yang ditiupkan-Nya kepada Maryam dari pada-Nya.”
Negus bertepuk tangan tanda setuju, seraya mengumumkan, memang demikianlah yang dikatakan al Masih tentang dirinya. Tetapi pada barisan pembesar agama yang lain terjadi hiruk-pikuk, seolah-oleh melihat ketidaksetujuan mereka.
Negus yang terpelajar lagi beriman, terus melanjutkan bicaranya seraya berkata kepada orang-orang Islam, “Silakan sekalian Anda hidup bebas di negeriku! Siapa berani mencela dan menyakiti Anda, orang itu akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya itu.”
Kemudian Negus berpaling kepada orang-orang besarnya yang terdekat, lalu sambil mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah kedua utusan kaum Quraisy, berkatalah ia, “Kembalikan hadiah-hadiah itu kepada kedua orang ini! Aku tak membutuhkannya! Demi Allah, Allah tak pernah mengambil uang sogokan dari padaku, di kala ia mengaruniakan takhta ini kepadaku, karena itu aku pun tak akan menerimanya dalam hal ini.”
Kedua kalinya kedua utusan Quraisy itu pun pergi keluar meninggalkan tempat pertemuan dengan perasan hina dan terpukul. Mereka segera memalingkan arah perjalanannya pulang menuju Mekah. Orang-orang Islam pun keluar di bawah pimpinan Ja’far bin Abi Thalib untuk memulai kehidupan baru di tanah Ethiopia, yakni penghidupan yang aman tenteram, sebagaimana mereka katakan, “Dinegeri yang baik dengan tetangga yang baik,” hingga akhirnya datang saatnya Allah mengizinkan mereka kembali kepada Rasul mereka, kepada sahabat dan handai taulan serta kampung halaman mereka.
Di kala Rasulullah bersama Kaum Muslimin sedang bersukaria dengan kemenangan atas jatuhnya Khaibar, tiba-tiba mucullah Ja’far bin Abi Thalib bersama sisa Muhajirin lainnya dari Ethiopia.
Tak terkatakan besarnya hati Nabi dan betapa bertambah bahagia dan gembiranya ia karena kedatangan mereka. Dipeluknya Ja’far bin Abi Thalib dengan mesra sambil berkata, “Aku tak tahu, entah mana yang lebih menggembirakanku: Apakah dibebaskannya Khaibar atau kembalinya Ja’far bin Abi Thalib.”
Dengan berkendaraan, Rasulullah pergi bersama sahabat-sahabatnya ke Mekah untuk melaksanakan umrah qadla. Sekembalinya ke Madinah, jiwa Ja’far bin Abi Thalib bergelora dan dipenuhi keharuan setelah mendengar berita dan cerita sekitar sahabat-sahabatnya kaum muslimin, baik yang gugur sebagai syuhada, maupun yang masih hidup selaku pahlawan-pahlawan yang berjasa dari perang Badar, perang Uhud, Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya. Kedua matanya basah berlinang mengenang mukminin yang telah menepati janjinya dengan mengorbankan nyawa karena Allah. “Kapankah aku akan berbuat demikian?” pikirnya. Hatinya terasa terbang merindukan surga, ia pun menunggu-nunggu kesempatan dan peluang yang berharga itu: berjuang sebagai shahid di jalan Allah.
Suatu ketika, pasukan-pasukan Islam yang telah kita bicarakan dahulu, sedang bersiap-siap hendak diberangkatkan menuju medan perang Muktah. Bendera dan panji-panji perang berkibar dengan megahnya, disertai dengan gemerincingnya bunyi senjata. Ja’far memandang peperangan ini sebagai peluang yang sangat baik dan satu-satunya kesempatan seumur hidup untuk merebut salah satu di antara dua kemungkinan: membuktikan kejayaan besar bagi Agama Allah dalam hidupnya, atau ia akan beruntung menemui syahid di jalan Allah. Ia kemudian memohon kepada Rasulullah untuk turut serta mengambil bagian dalam peperangan ini.
Ja’far mengetahui benar, bahwa peperangan ini tidaklah enteng dan main-main, bahkan bukan peperangan yang kecil, malah sebenarnya inilah suatu peperangan yang luar biasa, baik tentang jauh dan sulitnya medan yang akan ditempuh, maupun tentang besarnya musuh yang akan dihadapi, yang belum pernah dialami umat Islam selama ini. Suatu peperangan melawan bala tentera kerajaan Romawi yang besar dan kuat, yang memiliki kemampuan perlengkapan dan pengalaman serta didukung oleh alat persenjataan yang tak dapat ditandingi oleh orang-orang Arab maupun kaum muslimin. Walaupun demikian, perasaan hati dan semangatnya untuk berjihad di jalan Allah tidak bisa mengurungkan tekadnya untuk ikut berperang bersama pasukan kaum muslimin lainnya. Akhirnya Ja’far diangkat Rasulullah menjadi panglima pasukan. Pasukan kaum muslimin mulai bergerak menuju Syria.
Pada suatu hari yang dahsyat, kedua pasukan itu pun berhadapan muka, dan tak lama kemudian pecahlah pertempuran hebat. Romawi mengerahkan pasukannya sebanyak 200.000 orang prajurit. Meskipun melihat betapa banyaknya pasukan musuh, Ja’far dan kaum muslimin lainnya tidak gentar dan tidak ciut nyalinya untuk menghadapi pasukan kafirin itu.
Pada saat panji-panji pasukan hampir jatuh dari tangan kanan Zaid bin Haritsah, dengan cepatnya panji-panji itu disambar oleh Ja’far dengan tangan kanannya. Dengan panji-panji di tangan, ia terus menyerbu ke tengah-tengah barisan musuh. Prajurit Romawi semakin banyak mengelilinginya. Ja’far melompat terjun dari kudanya dan berjalan kaki, lalu mengayunkan pedangnya ke segala jurusan yang mengenai leher musuhnya laksana malaikat maut pencabut nyawa. Sekilas terlihat olehnya seorang serdadu musuh melompat hendak menunggangi kudanya. Karena ia tak sudi hewannya itu dikenderai oleh manusia najis, Ja’far pun menebas kudanya dengan pedangnya sampai tewas. Setapak demi setapak ia terus berjalan di antara barisan serdadu Romawi yang berlapis-lapis laksana deru angin mengeroyok hendak membinasakannya, sementara suara meninggi dengan ucpannya yang gemuruh, “Wahai surga yang kudambakan mendiaminya, harum semerbak baunya, sejuk segar air minumnya. Tentara Romawi telah menghampiri liang kuburnya, terhalang jauh dari sanak keluarganya, kewajibankulah menghantamnya kala menjumpainya.”
Balatentara Romawi mengepung Ja’far bin Abi Thalib hendak membunuhnya laksana orang-orang gila yang sedang kemasukan setan. Kepungan mereka semakin ketat hingga tak ada harapan untuk lepas lagi. Mereka tebas tangan kanannya dengan pedang hingga putus, tetapi sebelum panji itu jatuh ketanah, segera disambarnya dengan tangan kirinya. Lalu mereka tebas pula tangan kirinya, tetapi Ja’far bin Abi Thalib mengepit panji itu dengan kedua pangkal lengannya kedada. Pada saat yang amat gawat ini, ia bertekad akan memikul tanggung jawab, untuk tidak membairkan panji Rasulullah jatuh menyentuh tanah, yakni selagi hayat masih dikandung badan.
Entah kalau ia telah mati, barulah boleh panji itu jatuh ke tanah. Pada saat jasadnya yang suci telah kaku, panji pasukan masih tertancap di antara kedua pangkal lengan dan dadanya. Bunyi kibaran bendera itu, seolah-oleh memanggil Abdullah bin Rawahah. Pahlawan ini membelah barisan musuh bagaikan anak panah lepas dari busurnya ke arah panji itu, lalu merenggutnya dengan kuat.
Gugurlah Ja’far bin Abi Thalib sebagai syuhada. Hari-harinya yang terdahsyat, teragung, dan terindah telah mengantarkannya menuju keharibaan Ilahi. Sungguh, hari itu adalah hari yang istimewa dan mempesona baginya.
Demikianlah Ja’far bin Abi Thalib mempertaruhkan nyawa dalam menempuh suatu kematian agung yang tiada tara. Begitulah akhirnya ia menghadap Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, menyampaikan pengorbanan besar yang tidak terkira, berselimutkan darah kepahlawannya.
Allah, Zat yang Maha mengetahui menyampaikan berita tentang akhir kesudahan peperangan kepada Rasul-Nya, begitu pula akhir hidup Ja’far bin Abi Thalib. Tidak tahan untuk meluapkan perasaan haru atas kematian sahabatnya, Rasulullah pun menangis. Rasulullah kemudian pergi ke rumah saudara sepeupunya ini, beliau berdoa untuk anak cucunya. Mereka dipeluk dan diciuminya, sementara air matanya yang mulia bercucuran tak tertahankan.
Berkata Abdullah bin Umar, “Aku sama-sama terjun di perang Muktah dengan Ja’far bin Abi Thalib. Waktu kami mencarinya, kami dapati ia beroleh luka-luka bekas tusukan dan lemparan lebih dari 90 tempat!”
Bayangkan, Ja’far luka dengan 90 tempat bekas tusukan pedang dan lemparan tombak! Jika Anda ingin tahu tentang dirinya, dengarkanlah sabda Rasulullah saw sebagai berikut.
“Aku telah melihatnya di surga, kedua bahunya yang penuh bekas-bekas cucuran darah penuh dihiasi dengan tanda-tanda kehormatan.”
Ja’far bin Abi Thalib
Mustika Tindih Menghilangkan Energi Negatif Nama daripada Produk ini. Mustika Tindih Menghilangkan Energi Negatif berkhasiat Insya Allah untuk apabila anda sudah mempunyai banyak mustika atau pusaka apapun tentu ada sebagian efek negatif yang ditimbulkan dari pusaka koleksi anda dan juga tentu ada beberapa mustika/pusaka yang khasiat tuahnya kurang terasa, dengan Mustika ini energi negatif yang… selengkapnya
Rp 300.000Mustika Ningar Kawanguran adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Ningar Kawanguran Insya Allah untuk sarana pelarisan usaha yang ampuh, kesuksesan membuka usaha baru, merintis usaha dari nol, membangkitkan usaha yang surut, mengembalikan kebangrutan, menarik pembeli, membuka aura tempat usaha dan dapat digunakan untuk segala macam usaha apapun itu. Produk Jenis ini bernama Batu… selengkapnya
Rp 250.000Mustika Cakra Kebatinan Mustika Cakra Kebatinan merupakan mustika bertuah yang memiliki pamor sangat unik dengan corak warna elegan, mustika ini di peroleh dari penarikan gaib di sebuah tempat keramat. Keterangan Mustika. Produk Jenis ini bernama Batu Agate. Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548. Tingkat Kekerasan 6.5-7 Mohs. Ukuran Batu : 20x15x6milimeter. Stok Produk 1 buah…. selengkapnya
Rp 300.000Nama Produk Mustika Bara Api / Kecubung Api / Mustika Kecubung Wulung / Kecubung Wulung Cahaya Api / Mustika Segoro Geni / Kecubung Wulung Sakti / Kecubung Wulung Api / Mustika Yaman Wulung. Khasiat, Tuah, Manfaat Insya Allah Multi Fungsi, Pemilik akan dekat dengan keberkahan dan terhindar dari keburukan, mudah mendapat wahyu / nasib baik… selengkapnya
Rp 475.000Jimat Kera Hitam Nama Produk ini. Jimat Kera Hitam ini mempunyai Khasiat Insya Allah untuk hanya disimpan mampu menetralisir energi negatif, mengusir jin jahat, membuang kesialan, mendatangkan banyak keberuntungan, keharmonisan rumah tangga dan melancarkan rejeki Berasal Dari Bahan : Tanah Lempung Keramat. Ukuran : +- 38x33x48 Milimeter. Stok produk barang ini : Jumlah Terbatas. 8936… selengkapnya
Rp 150.000Nama Produk Keris Pusaka Cengkrong Paling Dicari. Keris Pusaka Cengkrong mempunyai khasiat Insya Allah untuk mendatangkan ribuan khodam para empu mataram, pajajaran, majapahit, dimudahkan segala urusan, kelancaran mencapai hajat, kesuksesan karir, mudah meraih tahta, mudah naik pangkat jabatan, menjadikan pemilik menjadi penguasa dibidang pekerjaannya, keberuntungan mutasi dinas sesuai harapan, pengasihan seribu pelet, memudahkan mencari pasangan… selengkapnya
Rp 2.750.000Mustika Mata Setan adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Mata Setan Insya Allah untuk Pengasihan Pandangan Mata Tingkat Tinggi, Pemikat Dengan Tatapan Mata, Pesona Tingkat Tinggi, Pelet Alami Tingkat Tinggi, Kewibawan Tingkat Tinggi, Pelarisan Usaha Tingkat Tinggi, Pembangkit Ilmu Gendam Alami, Mudah Mencari Teman Kencan dan Mudah Mencari pergaulan.. Produk Jenis ini bernama… selengkapnya
Rp 300.000Mustika Khodam Macan Alas Roban adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Khodam Macan Alas Roban Insya Allah untuk pesona wibawa tingkat tinggi, tampil memikat mempesona, membangkitan kekuatan pengasihan maha raja tinggkat tinggi, kekuatan pengaruh terhadap siapapun, peluluh hati masyarakat luas, pembuka aura awet muda, serta membangkitkan saudara gaib dalam diri sendiri. Produk Jenis… selengkapnya
Rp 275.000Mustika Merah Delima Gratis Minyak Tempat Cupu Merupakan salah satu mustika yang paling terkenal indonesia bahkan hingga manca negara juga. tidak ada pantangan dan tidak ada efek samping negatif. Carilahnya Batu Mustika Merah Delima Karena Batu Asli dan Bertuah Natural, bukan karena mustika merah delima bisa menyala sebab batu merah delima yang menyala hanya sulap… selengkapnya
Rp 850.000Nama : Mustika Sarang Keramat Ukuran : 22×30 milimeter Jenis : Agate Asal Usul : Penarikan Alam Khasiat Mustika ini Insya Allah untuk memudahkan lepas dari masalah ekonomi, masalah asmara, masalah hukum, membungkam musuh, menggoyang dan mengacaukan hati lawan, menambah kepekaan / insting kekuatan batin untuk menemukan jalan keluar, menjernihkan pikiran dan memudahkan kosentrasi. Garansi… selengkapnya
*Harga Hubungi CSLarangan Memandang Laki-Laki Yang Bukan Muhrimnya Amr bin Abdul Mun’im Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kaum wanita untuk memelihara pandangan mereka dari laki-laki yang bukan muhrimnya, dimana Dia berfirman. “Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka”. [An-Nur : 31] Imam Al-Hafidz Imadudin Ibnu Katsir Rahimahullah… selengkapnya
Praktek Dukun Kampar Praktek Dukun Kampar sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Praktek Dukun Kampar Masyarakat Kampar tidak… selengkapnya
Ilmu Pusaka Keris. Apa Itu Keris? Sebelum membahas masalah keris dan budayanya, sebaiknya ditentukan dahulu batasan-batasan mengenai apa yang disebut keris. Hal ini perlu karena dalam masyarakat sering dijumpai pengertian yang keliru dan kerancuan mengenai apa yang disebut keris.Saya berpendapat, sebuah benda dapat digolongkan sebagai keris bilamana benda itu memenuhi kriteria berikut: 1. Keris harus… selengkapnya
Perisai Batu Wuquf Seorang lelaki sedang melakukan ibadah wuquf di padang Arafah. Di tangannya menggenggam tujuh batu sebagai kesaksian terhadap Allah dan Rasulnya. Menjelang tidur, lelaki itu mengucapkan kalimah syahadah, “Asyhadu Anlaa Ilaaha Illallaah wa Ashadu Anna Muhammadar Rasulullah.” Dalam mimpinya itu dia digiring malaikat masuk ke neraka. Malaikat bagian adzab sudah berusaha melempar lelaki… selengkapnya
Jimat Ampuh Popok Wewe Jimat Ampuh Popok Wewe terdengar asing dan sangat mengerikan. Pusaka ini adalah salah satu pusaka yang paling dicari masyarakat yang ingin mencapai kekayaan secara cepat. Mungkin dari cerita mulut ke mulut masyarakat bisa mengetahui pusaka ini sangat ampuh untuk mendatangkan rejeki. Popok Wewe merupakan jimat pesugihan yang sangat dahsyat powernya. Banyak orang-orang… selengkapnya
Cara Mudah Mengetahui Khodam Mustika, Cara Mendeteksi Khodam Secara Nyata, Bagaimana Cara Mendeteksi Khodam Batu Mustika Bertuah, Cara Mendeteksi Khodam Pusaka, Bagaimana Cara Mengetahui Pusaka Berkhodam, Cara Mengetahui Keberadaan Khodam, Cara Melihat Wujud Khodam Secara Nyata, Cara Membedakan Wujud Khodam, Cara Memanggil Khodam, Cara Melihat Khodam, anda bisa membacanya DISINI
Berita Artikel Bangunan yang tidak Rusak dan Pemilik yang tidak bisa Mati Diriwayatkan seorang raja berhasil membangunkan kota dengan segala keperluannya yang cukup megah. Kemudian raja itu mengundang rakyatnya untuk berpesta ria menyaksikan kota itu. Pada setiap pintu, penjaga diperintahkan untuk menanyai setiap pengunjung adakah cela dan kekurangan kota yang dibangunnya itu. Hampir seluruh orang… selengkapnya
Praktek Dukun Nias Utara Praktek Dukun Nias Utara sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Praktek Dukun Nias Utara… selengkapnya
KISAH DIBALIK MERAPI Orang yang tinggal di daerah Gunung Merapi percaya bahwa ada Keraton Mahluk Halus di gunungnya yang mirip Kraton Mataram dalam dunia manusia. Konon Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk… selengkapnya
Cerita Misteri Pantai Pangandaran Pantai Pangandaran, terletak di Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia, juga memiliki cerita-cerita misteri yang menarik. Salah satu cerita misteri yang terkenal di sana adalah tentang “Sundel Bolong Pangandaran”. Konon, Sundel Bolong adalah seorang wanita cantik dari masa lampau yang hidup di sekitar daerah tersebut. Dia terkenal karena kecantikannya yang luar biasa, tetapi… selengkapnya