Gantungan Kunci Wayang Rama
Rp 15.000Kode | 8004 |
Stok | |
Kategori | Pusaka Terjual |
Gantungan Kunci Wayang Rama
Gantungan Kunci Wayang Rama, Gantungan Kunci Wayang Rama Bahan Atom Karya Anak Indonesia, Ukuran Gantungan Kunci Wayang Rama ini 6,8 x 3,8 x 0,3 cm.
Sejarah Wayang Rama:
Kelahiran dan keluarga
Ayah Rama adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah Kosalya. Dalam Ramayana iceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan putera mengadakan upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama Yadnya. Upacaranya diterima oleh para Dewa dan utusan mereka memberikan sebuah air suci agar diminum oleh setiap permaisurinya. Atas anugerah tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera. Yang tertua bernama Rama, lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir dari Kekayi, dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari Sumitra. Keempat pangeran tersebut tumbuh menjadi putera yang gagah-gagah dan terampil memainkan senjata di bawah bimbingan Resi Wasista
8004
Rama dan Wiswamitra.
Pada suatu hari, Resi Wiswamitra datang menghadap Raja Dasarata. Dasarata tahu benar watak resi tersebut dan berjanji akan mengabulkan permohonannya sebisa mungkin. Akhirnya Sang Resi mengutarakan permohonannya, yaitu meminta bantuan Rama untuk mengusir para rakshasa yang mengganggu ketenangan para resi di hutan. Mendengar permohonan tersebut, Raja Dasarata sangat terkejut karena merasa tidak sanggup untuk mengabulkannya, namun ia juga takut terhadap kutukan Resi Wiswamitra. Dasarata merasa anaknya masih terlalu muda untuk menghadapi para rakshasa, namun Resi Wiswamitra menjamin keselamatan Rama. Setelah melalui perdebatan dan pergolakan dalam batin, Dasarata mengabulkan permohonan Resi Wiswamitra dan mengizinkan puteranya untuk membantu para resi.
Di tengah hutan, Rama dan Laksmana memperoleh mantra sakti dari Resi Wiswamitra, yaitu bala dan atibala. Setelah itu, mereka menempuh perjalanan menuju kediaman para resi di Sidhasrama. Sebelum tiba di Sidhasrama, Rama, Laksmana, dan Resi Wiswamitra melewati hutan Dandaka. Di hutan tersebut, Rama mengalahkan rakshasi Tataka dan membunuhnya. Setelah melewati hutan Dandaka, Rama sampai di Sidhasrama bersama Laksmana dan Resi Wiswamitra. Di sana, Rama dan Laksmana melindungi para resi dan berjanji akan mengalahkan rakshasa yang ingin mengotori pelaksanaan yadnya yang dilakukan oleh para resi. Saat rakshasa Marica dan Subahu datang untuk megotori sesajen dengan darah dan daging mentah, Rama dan Laksmana tidak tinggal diam. Atas permohonan Rama, nyawa Marica diampuni oleh Laksmana, sedangkan untuk Subahu, Rama tidak memberi ampun. Dengan senjata Agneyastra atau Panah Api, Rama membakar tubuh Subahu sampai menjadi abu. Setelah Rama membunuh Subahu, pelaksanaan yadnya berlangsung dengan lancar dan aman.
Mendapatkan Dewi Sita
Wiswamitra mendengar adanya sebuah sayembara di Mithila demi memperebutkan Dewi Sita. Ia mengajak Rama dan Laksmana untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka menyanggupinya. Setibanya di sana, Rama melihat bahwa tidak ada orang yang mampu memenuhi persyaratan untuk menikahi Sita, yaitu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa. Namun saat Rama tampil ke muka, ia tidak hanya mampu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa, namun juga mematahkannya menjadi tiga. Saat busur itu dipatahkan, suaranya besar dan menggelegar seperti guruh. Melihat kemampuan istimewa tersebut, ayah Sita yaitu Raja Janaka, memutuskan agar Rama menjadi menantunya. Sita pun senang mendapatkan suami seperti Rama.
Kemudian utusan dikirim ke Ayodhya untuk memberitahu kabar baik tersebut. Raja Dasarata girang mendengar puteranya sudah mendapatkan istri di Mithila, kemudian ia segera berangkat ke sana. Setelah menyaksikan upacara pernikahan Rama dan Sita, Wiswamitra mohon pamit untuk melanjutkan tapa di Gunung Himalaya, sementara Dasarata pulang ke Ayodhya diikuti oleh Resi Wasistha serta pengiring-pengiringnya. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan Resi Parasurama, yaitu brahmana sakti yang ditakuti para ksatria. Parasurama memegang sebuah busur di bahunya yang konon merupakan busur Wisnu. Ia sudah mendengar kabar bahwa Rama telah mematahkan busur Siwa. Dengan wajah yang sangar, ia menantang Rama untuk membengkokkan busur Wisnu. Rama menerima tantangan tersebut dan membengkokkan busur Wisnu dengan mudah. Melihat busur itu dibengkokkan dengan mudah, seketika raut wajah Parasurama menjadi lemah lembut. Rama berkata, “Panah Waisnawa ini harus mendapatkan mangsa. Apakah panah ini harus menghancurkan kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?”. Parasurama menjawab agar panah itu menghancurkan hasil tapanya, karena ia hendak merintis hasil tapanya dari awal kembali. Setelah itu, Parasurama mohon pamit dan pergi ke Gunung Mahendra.
Rama diusir ke hutan
Dasarata yang sudah tua ingin mengangkat Rama sebagai raja. Dengan segera ia melakukan persiapan untuk upacara penobatan Rama, sementara Bharata menginap di rumah pamannya yang jauh dari Ayodhya. Mendengar Rama akan dinobatkan sebagai raja, Mantara menghasut Kekayi agar menobatkan Bharata sebagai raja. Kekayi yang semula hanya diam, tiba-tiba menjadi ambisius untuk mengangkat anaknya sebagai raja. Kemudian ia meminta agar Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja. Ia juga meminta agar Rama dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun. Dasarata pun terkejut dan menjadi sedih, namun ia tidak bisa menolak karena terikat dengan janji Kekayi. Dengan berat hati, Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja dan menyuruh Rama agar meninggalkan Ayodhya. Sita dan Laksmana yang setia turut mendampingi Rama. Tak berapa lama kemudian, Dasarata wafat dalam kesedihan.
Sementara Rama pergi, Bharata baru saja pulang dari rumah pamannya dan tiba di Ayodhya. Ia mendapati bahwa ayahnya telah wafat serta Rama tidak ada di istana. Kekayi menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini menjadi raja, sementara Rama mengasingkan diri ke hutan. Bharata menjadi sedih mendengarnya, kemudian menyusul Rama. Harapan Kekayi untuk melihat puteranya senang menjadi raja ternyata sia-sia. Di dalam hutan, Bharata mencari Rama dan memberi berita duka karena Prabu Dasarata telah wafat. Ia membujuk Rama agar kembali ke Ayodhya untuk menjadi raja. Rakyat juga mendesak demikian, namun Rama menolak karena ia terikat oleh perintah ayahnya. Untuk menunjukkan jalan yang benar, Rama menguraikan ajaran-ajaran agama kepada Bharata. Akhirnya Bharata membawa sandal milik Rama dan meletakkannya di singasana. Dengan lambang tersebut, ia memerintah Ayodhya atas nama Rama.
Peristiwa di Pancawati
Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Rama dan Laksmana didatangi seorang rakshasi bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik dan menggoda Rama dan Laksmana. Rama menolak untuk menikahinya dengan alasan bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Laksmana, namun Laksmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sita dan hendak membunuhnya. Dengan sigap Rama melindungi Sita dan Laksmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya. Hal itu membuat hidung Surpanaka terluka. Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah terhadap Rama yang telah melukai adiknya dan hendak membalas dendam. Dengan angkatan perang yang luar biasa, Kara dan sekutunya menggempur Rama, namun mereka semua gugur. Akhirnya Surpanaka melaporkan keluhannya kepada Rahwana di Kerajaan Alengka. Rahwana marah dan hendak membalas perbuatan Rama. Ia mengajak patihnya yang bernama Marica untuk melaksanakan rencana liciknya.
Pada suatu hari, Sita melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di halaman pondoknya. Rama dan Laksmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, namun atas desakan Sita, Rama memburu kijang tersebut sementara Laksmana ditugaskan untuk menjaga Sita. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Karena Rama merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya. Seketika hewan tersebut berubah menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sita menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan. Pada mulanya Laksamana menolak, namun karena Sita bersikeras, Laksmana meninggalkan Sita. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sita sehingga Sita keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Rama ke hutan, Rama terkejut karena Sita ditinggal sendirian. Ketika mereka berdua pulang, Sita sudah tidak ada.
Petualangan menyelamatkan Sita
Setelah mendapati bahwa Sita sudah menghilang, perasaan Rama terguncang. Laksmana mencoba menghibur Rama dan memberi harapan. Mereka berdua menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai. Akhirnya mereka menemukan darah tercecer dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir bahwa itu adalah pertempuran raksasa yang memperebutkan Sita, namun tak lama kemudian mereka menemukan seekor burung tua sedang sekarat. Burung tersebut bernama Jatayu, sahabat Raja Dasarata. Rama mengenal burung tersebut dengan baik dan dari penjelasan Jatayu, Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu menghembuskan napas terakhirnya. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Jatayu.
Dalam perjalanan menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana bertemu raksasa aneh yang bertangan panjang. Atas instruksi Rama, mereka berdua memotong lengan raksasa tersebut dan tubuhnya dibakar sesuai upacara. Setelah dibakar, raksasa tersebut berubah wujud menjadi seorang dewa bernama Kabanda. Atas petunjuk Sang Dewa, Rama dan Laksamana pergi ke tepi sungai Pampa dan mencari Sugriwa di bukit Resyamuka karena Sugriwa-lah yang mampu menolong Rama. Dalam perjalanan mereka beristirahat di asrama Sabari, seorang wanita tua yang dengan setia menantikan kedatangan mereka berdua. Sabari menyuguhkan buah-buahan kepada Rama dan Laksmana. Setelah menyaksikan wajah kedua pangeran tersebut dan menjamu mereka, Sabari meninggal dengan tenang dan mencapai surga.
Persahabatan dengan Sugriwa
Dalam misi menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana melanjutkan perjalanannya sampai ke sebuah daerah yang dihuni para kera dengan rajanya bernama Sugriwa. Sebelum berjumpa dengan Sugriwa, Rama bertemu dengan Hanoman yang menyamar menjadi brahmana. Setelah bercakap-cakap agak lama, Hanoman menampakkan wujud aslinya dan mengantar Rama menuju Sugriwa. Sugriwa menyambut kedatangan Rama di istananya. Tak berapa lama kemudian mereka saling menceritakan masalah masing-masing. Akhirnya Rama dan Sugriwa mengadakan perjanjian bahwa mereka akan saling tolong menolong. Rama berjanji akan merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari Subali sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama mencari Sita. Kemudian Sugriwa dan Rama beserta rombongannya pergi menuju kediaman Subali di Kiskenda. Di sana Subali dan Sugriwa bertarung. Setelah pertarungan sengit berlangsung agak lama, Rama mengakhiri riwayat Subali. Sesuai dengan janjinya, Sugriwa bersedia membantu Rama mencari Sita. Ia mengirim Hanoman sebagai utusan Sang Rama. Setelah Hanoman menemukan Sita di Alengka, ia mengumumkan kabar gembira kepada Rama. Atas petunjuk Hanoman, bala tentara wanara berangkat menuju Kerajaan Alengka.
Membangun jembatan Ramasetu
Saat Rama dan tentaranya bersiap-siap menuju Alengka, Wibisana, adik Sang Rahwana, datang menghadap Rama dan mengaku akan berada di pihak Rama. Setelah ia menjanjikan persahabatan yang kekal, Rama menobatkannya sebagai Raja Alengka meski Rahwana masih hidup dan belum dikalahkan. Kemudian Rama dan pemimpin wanara lainnya berunding untuk memikirkan cara menyeberang ke Alengka mengingat tidak semua prajuritnya bisa terbang. Akhirnya Rama menggelar suatu upacara di tepi laut untuk memohon bantuan Dewa Baruna. Selama tiga hari Rama berdo’a dan tidak mendapat jawaban, akhirnya kesabarannya habis. Kemudian ia mengambil busur dan panahnya untuk mengeringkan lautan. Melihat laut akan binasa, Dewa Baruna datang memohon maaf atas kesalahannya. Dewa Baruna menyarankan agar para wanara membuat jembatan besar tanpa perlu mengeringkan atau mengurangi kedalaman lautan. Nila ditunjuk sebagai arsitek jembatan tersebut. Setelah bekerja dengan giat, jembatan tersebut terselesaikan dalam waktu yang singkat dan diberi nama “Ramasetu”.
Rama menggempur Alengka
Setelah jembatan rampung, Rama dan pasukannya menyeberang ke Alengka. Pada pertempuran pertama, Anggada menghancurkan menara Alengka. Untuk meninjau kekuatan musuh, Rahwana segera mengirim mata-mata untuk menyamar menjadi wanara dan berbaur dengan mereka. Penyamaran mata-mata Rahwana sangat rapi sehingga banyak yang tidak tahu, kecuali Wibisana. Kemudian Wibisana menangkap mata-mata tersebut dan membawanya ke hadapan Rama. Di hadapan Rama, mata-mata tersebut memohon pengampunan dan berkata mereka hanya menjalankan perintah. Akhirnya Rama mengizinkan mata-mata tersebut untuk melihat-lihat kekuatan tentara Rama dan berpesan agar Rahwana segera mengambalikan Sita. Mata-mata tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati Rama dan yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak Rama.
Pada hari pertempuran terahir, Dewa Indra mengirim kereta perangnya dan meminjamkannya kepada Rama. Kusir kereta tersebut bernama Matali, siap melayani Rama. Dengan kereta dewa tersebut, Rama melanjutkan peperangan yang berlangsung dengan sengit. Kedua pihak sama-sama kuat dan mampu bertahan. Akhirnya Rama melepaskan senjata Brahma Astra ke dada Rahwana. Senjata sakti tersebut mengantar Rahwana menuju kematiannya. Seketika bunga-bunga bertaburan dari surga karena menyaksikan kemenangan Rama. Wibisana meratapi jenazah kakaknya dan sedih karena nasihatnya tidak dihiraukan. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Rahwana kemudian memberikan wejangan kepada Wibisana untuk membangun kembali Negeri Alengka. Setelah Rahwana dikalahkan, Sita kembali ke pelukan Rama dan mereka kembali ke Ayodhya bersama Laksmana, Sugriwa, Hanoman dan tentara wanara lainnya. Di Ayodhya, mereka disambut oleh Bharata dan Kekayi. Di sana para wanara diberi hadiah oleh Rama atas jasa-jasanya.
Pemujaan dan festival untuk Rama
Hari kelahiran Rama, dan juga pernikahannya dengan Sita, diperingati oleh umat Hindu di India sebagai Rama Navami. Perayaan itu jatuh pada hari kesembilan dalam kalender lunar Hindu, atau Chaitra Masa Suklapaksha Nawami. Perayaan itu dipandang sebagai hari pernikahan Rama dengan Sita, dan juga hari ulang tahun Rama. Orang-orang biasanya melakukan Kalyanotsawam (peringatan hari pernikahan) terhadap patung Rama dan Sita di rumah masing-masing, dan di sore hari patung-patung itu diarak ke jalan. Hari itu disebut juga akhir dari sembilan hari utsawam yang disebut Wasanthothsawam (festival musim semi), yang dimulai dengan Ugadi. Beberapa hal menarik dari festival ini yaitu:
-Kalyanam (upacara pernikahan yang dipimpin pendeta kuil) di Bhadrachalam, di tepi sungai Godawari di distrik Khammam, Andhra Pradesh.
-Panakam, minuman manis yang dipersiapkan, bahannya dari lada.
-Arak-arakan patung pada sore hari yang disertai dengan permainan air dan warna.
-Untuk perayaan itu, umat Hindu dianjurkan berpuasa (atau membatasi diri mereka dengan diet khusus).
-Kuil-kuil didekorasi dan cerita Ramayana dikumandangkan. Bersama dengan Rama, orang-orang juga memuja Sita, Laksmana and Hanoman.
Peristiwa kemenangan melawan Rahwana beserta para raksasa diperingati sebagai 10 hari Wijayadashami, yang juga dikenal sebagai Dussehra. Ram Leela dipentaskan di berbagai kampung, desa dan kota di India. Peristiwa kembalinya Rama ke Ayodhya dan juga hari pelantikannya diperingati sebagai Diwali, yang juga dikenal sebagai Festival Cahaya. Perayaan ini merupakan festival yang penting dan terkenal di India. Di Malaysia, Diwali dikenal sebagai Hari Deepavali, dan diperingati selama bulan ketujuh menurut kalender solar Hindu. Perayaan Diwali di Malaysia mirip dengan tradisi di Anak benua India. Di Nepal, Diwali dikenal sebagai Tihar dan diperingati selama masa bulan Oktober/November. Perayaan Diwali di negara tersebut agak berbeda dengan tradisi di India. Pada hari pertama, para sapi dihormati dan diberi persembahan. Pada hari kedua, anjing-anjing dihormati dan diberi makanan khusus. Pada hari ketiga, perayaan Diwali mengikuti pola yang sama dengan di India, penuh lampu dan cahaya serta banyak kegiatan sosial yang dilakukan. Pada hari keempat, Dewa kematian Yama, dipuja dan diberi persembahan. Pada hari terakhir yaitu hari kelima, keluarga berkumpul dan saling bersenda gurau.
Gantungan Kunci Wayang Rama
Berat | 250 kg |
Kondisi | Baru |
Dilihat | 871 kali |
Mustika Gambar Salib Kuning Mustika Gambar Salib Kuning merupakan batu mustika bertuah yang memiliki gambar salib berwarna kuning. Mustika ini memiliki energi spiritual untuk meningkatkan wibawa pemakai batu mustika. Pancaran energi mustika salib ini sangat terasa jika digunakan. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Gambar Salib Kuning Insya Allah untuk membersihkan energi negatif pada diri, meningkatkan aura… selengkapnya
Rp 300.000Mustika Khodam Ular Putih Mustika Khodam Ular Putih merupakan mustika bertuah yang memiliki energi sangat tinggi guna pengusir jin dan khodam jahat. Mustika ini juga memiliki perpaduan warna yang indah serta elegan sekali. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Khodam Ular Putih Insya Allah untuk memiliki khodam berwujud ular putih, khodam perewangan, mendatangkan kekuatan gaib tingkat tinggi,… selengkapnya
Rp 325.000Mustika Kulit Macan adalah alah satu mustika bertuah yang merupakan salah satu mustika koleksi dari sesepuh pusaka dunia. corak pasmor mustika terbentuk secara alami dan bukan karena isian atataupun gambaran dari manusia. Khasiat Mustika Kulit Macan Insya Allah mengandung energi multi fungsi, kekuatan spiritualnya tingkat tinggi guna mendatangkan kekuatan gaib tingkat tinggi, ditakuti bangsa jin… selengkapnya
Rp 350.000Mustika Alam Gaib Kuat Senggama merupakan batu mustika yang sangat unik dan langka sekali dengan corak pamor yang sangat indah sekali, perhatikan dengan seksama corak pamor pada batu mustika ini bentuknya menyerupai mr.P yang sedang berdiri kencang, sungguh sangat unik dan indah sekali. Khasiat Mustika Alam Gaib Kuat Senggama Insya Allah menjadikan pandai dalam urusan… selengkapnya
Rp 400.000Mustika Safir Pinkish Orange Lulus Tes adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Safir Pinkish Orange Lulus Tes Insya Allah untuk Membuka Aura Ketampanan / Kecantikan, Membangkitkan simpul syarat pemikat tampil menawan mempesona, Kesehatan dan penolak energi negatif, Kewibawaan, menunjang derajat dimata siapapun disegani dan dihormati, Power Asihan memikat hati yang dikehendaki, Menunjang peningkatan… selengkapnya
Rp 500.000Nama : Mustika Mata Jin Keramat Ukuran : 18x25x6 milimeter Jenis Batu : Akik Hitam Mata Putih Stok Barang : 1 buah saja Jaminan : Dijamin Asli dan Bukan Sintetis (Palsu). Garansi : Uang Mahar Kembali jika terbukti Sintetis (Palsu). Gambar : Foto Original Tanpa Editan, Size diperkecil biar mudah diakses. Asal Usul : Penarikan… selengkapnya
*Harga Hubungi CSGelang Kuning Hitam Gelang Kuning Hitam adalah gelang tali yang manik-maniknya terbuat dari kayu dan plastik / atom, gelang ini juga memiliki desain yang gaul dan trendi, selain itu gelang ini juga terkesan elegan sekali, dengan motif dan desain seperti ini gelang ini sangat diminati oleh banyak orang baik dari kalangan anak mudah bahkan sampai… selengkapnya
Rp 10.000Tombak Kyai Pleret Raja Lipan Dua Naga Kembar Tombak Kyai Pleret Raja Lipan Dua Naga Kembar merupakan tombak pusaka yang sangat unik dan langka sekali tombak ini sangat jarang ada dan tombak tersebut juga sangat indah sekali, Ditambah lagi tombak tersebut berkinatah sepuh emas yang semakin manjadikan tombak tersebut semakin gagah. Tombak Kyai Pleret Raja… selengkapnya
Rp 1.500.000Fosil Keramat Sarang Ribuan Khodam Ganas Fosil Keramat Sarang Ribuan Khodam Ganas adalah pusaka fosil kayu purba yang sangat jarang sekali untuk didapatkan. Pusaka ini terpendam dalam perut bumi sudah ribuan tahun silam lamanya. Pusaka seperti ini sangat langka dan cocok sekali jika anda jadikan untuk tambahan koleksi pusaka anda. Khasiat Manfaat Bertuah Fosil Keramat… selengkapnya
Rp 450.000Mustika Puser Bumi Puser Emas Langka Mustika Puser Bumi Puser Emas Langka merupakan mustika bertuah ampuh yang memiliki pamor puser bumi puser emas yang sangat indah serta terkesan elegan sekali. mustika ini termasuk mustika bertuah alami karena pamor mustika juga terbentuk secara alami. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Puser Bumi Puser Emas Langka Insya Allah untuk… selengkapnya
Rp 325.000