Beranda » Pusaka Terjual » Keris Naga Raja Satu Satunya Di Dunia
click image to preview activate zoom
Sold Out!

Keris Naga Raja Satu Satunya Di Dunia

Rp 12.575.000
Kode5593
Stok
Kategori Pusaka Terjual
Tentukan pilihan yang tersedia!
Pemesanan yang lebih cepat! Quick Order

Keris Naga Raja Satu Satunya Di Dunia

Keris Naga Raja Kuno Satu Satunya Di Dunia Nama Produk ini.
Keris Naga Raja Kuno Satu Satunya Di Dunia ini mempunyai khasiat Insya Allah untuk kejayaan, kewibawaan, jabatan, pengayom, menjadi panutan, tauladan, disegani banyak kalangan, kepemimpinan, mudah dalam mengatur, mudah meraih tahta dan kekayaan, rejeki banyak mengalir masuk, pengasihan pemikat, menaklukan banyak orang, menangkal bencana, musibah dan kesialan, keselamatan dan tolak balak, sangat cocok bagi yang ingin meraih jabatan dan meraih kesuksesan bisnis serta masih banyak ribuan manfaat lainnya.
Nama Dapur / Bentuk Keris ini : Naga Raja bahasa jawa disebut Nogo Rojo.
Nama Pamor / Lambang / Filosofi : Kulit Semongko.
Bentuk Pamor Keris Kulit Semongko, kenapa disebut Kulit Semngko / Ngulit Semongko karena memang bentukan berupa guratan seperti kulit buah semangka. Memang Mpu jaman dulu jika membuat keris pasti mengandung makna filosofi, tidak asal asalan membuat keris pusaka.
Tangguh / Estimasi : Kerajaan Mataram. Baca Sejarah Kerajaan Mataram
Tahun Pembuatan : Abad 14-16.
Model Bilah Pusaka : Keris luk 9.
Panjang Bilah-Gonjo Keris : 36,8 CM
Panjang Seluruh Keris : 45 CM
Asal Usul Pusaka : Temuan Hasil Nenepi di Sungai Bengawan Solo.
Warangka Model Gayaman Surakarta.
Garansi Kami : Pusaka Dijamin Kuno / Sepuh.
Foto Keris Asli Tanpa Editan, Dijamin & Garansi Keris Sama Dengan di Foto.
Stok produk/barang ini : Hanya 1 Buah Saja.
5593

Keunggulan Keris Naga Raja ini : Keris Naga Raja dengan bentuk handle / pegangan terdapat Naga Raja juga seperti produk ini baru kami temukan pertama kali dan mungkin Keris Naga Raja ini hanya ada satu di seluruh Dunia, karena umumnya hanya dapurnya bebentuk naga raja tapi handlenya kayu, memang sungguh luar biasa, aneh antik dan unik untuk Keris Naga Raja in, beruntunglah yang bisa memilikinya.

Sejarah Keris Naga Raja, Pada jaman dahulu (Dewi belum lahir ) di wilayah majapahit Langit terlihat begitu cerah di hari itu. Sang surya seakan-akan begitu lepas membagi panas tubuhnya kepada semua kawula di desa Sonokeling. Namun, apapun keadaannya, penduduk harus tetap melaksanakan dharma yang harus dilaksanakan. Petani harus pergi ke sawah. Pedagang harus bekerja di pasar. Para blandhong harus pergi ke hutan mencari kayu. Among kisma harus mencari bahan baku untuk dibuat menjadi gerabah. Para cantrik harus menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya di padepokan yang berada di sebelah utara desa itu. Tak terkecuali juga empu yang bertugas untuk membuat keris dan senjata-senjata lainnya. Desa Sonokeling memiliki seorang empu yang tersohor seantero Majapahit. Setiap kali keraton ingin membuat pusaka, maka pasti pesanan akan jatuh kepada empu Panimbal di desa Sonokeling. Menurut cerita yang beredar, setiap pusaka yang dibuat oleh empu Panimbal pasti memiliki kekuatan yang jauh di luar nalar manusia. Konon kabarnya, ada sebuah keris yang jika orang memegangnya, maka sang pemegang itu tidak akan terluka oleh serangan senjata apapun. Ada pula cerita yang menerangkan kalau keris buatan empu Panimbal mampu untuk membuat sang pemilik tidak basah terkena air. Bahkan salah satu pusaka Majapahit buatan empu Panimbal yang bernama Kanjeng Kyai Ageng Naga Raja,  kabarnya memiliki kekuatan yang mampu membuat lawan tidak dapat bergerak dalam jarak sepuluh ribu depa. Setiap keris itu dicabut oleh raja, maka gemuruh langit akan menyertainya. Hembusan angin laksana badai juga akan menyambutnya. Sungguh suatu pusaka yang amat sakti. Boleh dikatakan, Kanjeng Kyai Ageng Naga Raja merupakan satu-satunya keris terbaik yang pernah dihasilkan oleh empu Panimbal.
Menurut cerita, setelah keris tersebut selesai dibuat, terjadilah suatu keanehan. Ketika utusan raja Majapahit tiba untuk mengambil keris tersebut, ternyata kendhaga tempat menyimpan keris pusaka itu tidak dapat diangkat oleh sang empu. Bahkan ketika dibantu oleh para prajurit pun, kendhaga tersebut hanya diam.
“Tuanku sang Empu, bagaimana ini. Ternyata kendhaga ini tidak bisa diangkat?”, tanya sang utusan dari Majapahit.
Sambil bersikap menyembah dengan mengatupkan kedua tangan, sang empu berkata dengan takzim.
“Maafkan hamba tuan. Kejadian ini tidak seperti biasanya. Ijinkan hamba untuk mencari tahu penyebabnya.”
Sang empu kemudian duduk bersila di depan kendhaga itu. Mengheningkan cipta dan memohon petunjuk kepada Sang Hyang Widhi Wasa dengan mengucap mantra-mantra suci.
Tiba-tiba kendhaga tempat menyimpan keris itu mengeluarkan asap putih tebal membumbung ke atas dan memenuhi pendhapa rumah sang empu. Bau harum bunga melati langsung tercium oleh semua orang yang berada di situ. Bersamaan dengan hilangnya asap putih itu, muncul sosok naga dari dalam kendhaga itu. Seekor naga dengan memakai mahkota raja. Bersisikkan emas gemerlapan, dengan mata yang bersinar seperti berlian.
Sang empu menyembah hormat kepada naga tersebut diikuti oleh semua orang yang hadir di pendhapa itu.
“Tuanku, terimalah sembah sujud hamba kepada paduka.”
Naga itu hanya menjawab salam dari empu Panimbal dengan geraman yang mengerikan. Pandangannya menuju kepada semua orang yang hadir di pendhapa itu.
“Maaf, Tuanku. Apakah kiranya paduka tidak berkehendak kami boyong ke keraton Majapahit?”, pertanyaan muncul dari pemimpin utusan itu yang tak lain adalah Rangga Wirun.
Tiba-tiba tubuh naga itu berpendar mengeluarkan cahaya berwarna kehijauan. Lamat-lamat sosok naga itu badar menjadi sesosok tubuh manusia. Tubuh seorang manusia yang telah senja. Rambutnya yang telah berwarna kapur dengan jenggot lebat seperti helaian rambut di kepalanya semakin menambah kesan itu. Sorot matanya tajam. Wajahnya menyinarkan bentuk keanehan namun terkesan teduh dan damai. Kesan sebagai seorang begawan. Hal tersebut semakin tegas terlihat dari balutan busana yang dikenakannya yang berwarna putih.
Tiba-tiba orang tua itu tertawa. Tertawa terkekeh-kekeh.
“Cucuku, adakah sesuatu yang kalian lupakan?”, tanya sang kakek tersebut kepada semua yang ada di dalam pendhapa.
Empu Panimbal dan Rangga Wirun pun tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang kakek itu. Mereka saling berpandangan dan bertanya dalam hati.
“Cucuku, setiap benda di dunia ini mempunyai nama. Akan kalian sebut apakah aku ini?”
Mulai mengertilah empu Panimbal akan apa maksud dari kakek jelmaan naga itu.
“Maafkan hamba tuan. Sebenarnya hamba hendak memberikan tetenger kepada paduka. Tapi hamba takut, jika tetenger itu tidak sesuai dengan kehendak paduka. Hingga akhirnya hamba lupa teramat sangat untuk memikirkan masalah itu sampai, beliau Tuanku Rangga Wirun datang hendak mengambil paduka untuk raja Majapahit, Prabu Girindra.”
“Hmm…”, kakek tua jelmaan naga itu mengusap jenggotnya. Matanya menerawang jauh ke halaman pendhapa.
“Panggil aku Naga Raja saja”
“Aku bersedia mengikuti sang prabu. Tapi aku mempunyai syarat yang harus dipenuhi.”
Empu Panimbal terkejut dengan pernyataan orang tua yang disebut Naga Raja itu.
“Apakah gerangan yang harus saya lakukan paduka?”
“Aku minta seseorang yang membawa keris ini tidak akan pernah melakukan perbuatan yang melawan dharma. Jika sang pembawa keris ini melanggar syarat yang aku ajukan, maka kutukan yang mengerikan dari dewata akan menghinggapi pemegang keris ini. Apakah kalian sanggup?”
Empu Panimbal dan Rangga Wirun kembali saling berpandangan.
“Baik tuanku paduka. Kalau itu yang menjadi kehendak tuan.”, Empu Panimbal menjawab sambil menghormat di depan orang tua itu.
Seketika itu sosok tua tersebut kemudian menghilang. Berubah menjadi asap yang lama-kelamaan masuk tersedot di dalam kendhaga tempat menyimpan keris yang kemudian disebut dengan keris pusaka Kanjeng Kyai Ageng Naga Raja.
Empu Panimbal kemudian berdiri dan mengangkat kendhaga itu untuk kemudian diserahkan kepada Rangga Wirun.
Rangga Wirun menerima kotak itu, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tandu untuk dibawa ke kota raja.
“Tuan, kiranya tugas saya telah selesai. Ijinkan saya untuk pamit mundur kembali ke kota raja.”, sambil membungkuk hormat, Rangga Wirun mengatupkan kedua tangannya kepada empu Panimbal.
“Baik. Silakan tuan. Tugas hamba pun telah selesai. Haturkan salam saya kepada paduka raja yang mulia Prabu Girindra!’
“Sebelum saya pamit, paduka raja telah menitipkan titah kepada tuan empu. Kiranya tuan empu bersedia untuk mendengarkan.”
Sontak kaget dan tergagap sang empu menjawab permintaan dari Rangga Wirun. Tidak biasanya sang prabu mengeluarkan titah untuk keris pesanannya.
Empu Panimbal kemudian duduk bersila dengan takzimnya, sambil menyembah mengatupkan kedua tangan di depan mukanya. Rangga Wirun lalu membuka lipatan lontar yang telah berstempelkan kerajaan Majapahit. Kemudian membacakanya didepan empu Panimbal.
tiada tuyul yg tak botak tiada gading yg tak retak kalau kurang mohon di maafkan kalau lebih mohon di kembalikan
salam budaya DEWI KENCONO WUNGU
Aum awighnam astu
Kepada kawulaku Panimbal di Sonokeling
Aku Prabu Girindra raja Majapahit Agung memutuskan untuk mengangkatmu menjadi pangeran di lingkungan kerajaan Majapahit Agung, dan menjadi pemimpin para empu serta pandai besi di seluruh daerah Majapahit.
Sejak keputusan ini dibacakan, engkau berhak untuk menikmati hak-hak kepangeranan dan kewajiban untuk sowan di hadapanku setiap bulan Caitra.
Demikian titahku, semoga engkau mematuhi.

Raja Majapahit Agung
Prabu Girindra Raja Triloka Bhuwana
Keringat dingin membasahi tubuh empu Panimbal demi mendengar kata-kata yang keluar dari Rangga Wirun sebagai wakil dari sang prabu.
Selama hidupnya, tidak pernah dia membayangkan menjadi pemimpin para empu dan pangeran. Suatu jabatan yang sungguh menggiurkan. Namun, di balik itu semua tersisip suatu tanggung jawab yang maha besar yang membuat bulu kuduknya merinding. Ingin rasanya dia menolak anugerah itu, tetapi apakah sang prabu tidak menjadi murka nantinya. Semua rasa bercampur aduk di dalam hati sang empu Panimbal.
Selesai membaca Rangga Wirun melipat kembali lontar itu dengan takzim dan memasukkanya kembali di dalam kotak. Kemudian menyerahkan kotak tersebut kepada empu Panimbal yang lalu diterimanya dengan sikap yang tidak kalah takzimnya.
“Tuan empu Panimbal. Sang Prabu mengharapkan tuan datang untuk sowan dalam tiga hari ke depan. Sang Prabu akan membicarakan beberapa hal yang penting berkaitan dengan masa depan Majapahit ini. Saya juga akan melaporkan segalanya yang terjadi di sini kepada sang Prabu. Semoga pusaka ini memang benar-benar pusaka yang dapat membawa kebaikan kepada seluruh kawula Majapahit.

Bagi Pembeli Baru Wajib Baca :

  1. Cara Memilih Keris Pusaka
  2. Keris Pusaka Kuno Investasi Menguntungkan
  3. 70 Nama Empu Keris Pusaka
  4. 187 Keris Pusaka Paling Dicari

Hubungi Kami di :
BlackBerry: 2B1 88008
Phone :+6285 2939 88885
Sms : +6285 2939 88885
WhatsApp : +6285 2939 88885
Line : pusakadunia
WeChat : pusakadunia
Instagram : pusakadunia

Tags:

Keris Naga Raja Satu Satunya Di Dunia

Berat 250 kg
Kondisi Baru
Dilihat 14.104 kali
Produk Terkait
Tutup Sidebar
Sidebar
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

Chat via Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin 1
● online
Admin 2
● online
Admin 1
● online
Halo, perkenalkan saya Admin 1
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja