Gantungan Kunci Wayang Kresna
Rp 15.000Kode | 7972 |
Stok | |
Kategori | Pusaka Terjual |
Gantungan Kunci Wayang Kresna
Gantungan Kunci Wayang Kresna, Bahan Atom, Karya Asli Anak Bangsa. Ukuran 6x3x0.5 cm.
Sejarah Wayang Kresna :
Kresna (Dewanagari: कृष्ण; IAST: kṛṣṇa; dibaca [ˈkr̩ʂɳə]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.
7972
Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama Hindu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis.[3] Berbagai tradisi menggambarkannya dalam berbagai sudut pandang: sebagai dewa kanak-kanak, tukang kelakar, pahlawan sakti, dan Yang Mahakuasa. Kehidupan Kresna dibahas dalam beberapa susastra Hindu, yaitu Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan Wisnupurana.
Pemujaan terhadap dewa atau pahlawan yang disebut Kresna—dalam wujud Basudewa, Balakresna atau Gopala—dapat ditelusuri sampai awal abad ke-4 SM. Pemujaan Kresna sebagai Swayam Bhagawan, atau Tuhan Yang Mahakuasa, yang dikenal sebagai Kresnaisme, muncul pada Abad Pertengahan dalam situasi Gerakan Bhakti. Dari abad ke-10 M, Kresna menjadi subjek favorit dalam seni pertunjukan. Tradisi pemujaan di masing-masing daerah mengembangkan berbagai macam wujud/aspek Kresna seperti Jagadnata di Orissa, Witoba di Maharashtra dan Shrinathji di Rajasthan. Sekte Gaudiya Waisnawa yang terpusat pada pemujaan kepada Kresna didirikan pada abad ke-16, dan sejak tahun 1960-an juga telah menyebar di Dunia Barat, sebagian besar disebabkan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna
Gerakan Bhakti menyebar secara cepat dari India Utara ke Selatan, dengan syair berbahasa Sanskerta Gita Govinda karya Jayadeva (abad ke-12 M) sebagai pertanda karya sastra dalam pemujaan Kresna. Syair tersebut menguraikan legenda Kresna tentang gopi istimewa yang menjadi kekasihnya, yakni Radha, yang kurang dibahas dalam kitab Bhagawatapurana, namun dibahas sebagai tokoh penting dalam kitab lainnya, misalnya Brahmawaiwartapurana. Dengan pengaruh Gita Govinda, Radha menjadi aspek yang tak terpisahkan dalam pemujaan Kresna.
Saat sebagian masyarakat terpelajar yang fasih dalam bahasa Sanskerta bisa menikmati karya-karya seperti Gita Govinda atau Krishna-Karnamritam karya Bilwanggala, massa juga menyanyikan lagu-lagu lain karya penyair pemuja Kresna, yang terdiri dalam berbagai bahasa daerah di India. Lagu-lagu ini mencerminkan pengabdian pribadi yang kuat yang ditulis oleh pemuja Kresna dari seluruh lapisan masyarakat. Lagu-lagu karya Meera dan Surdas menjadi pertanda dari penyembahan Kresna di India Utara.
Pada abad ke-11 Masehi, aliran Waisnawa Bhakti dengan kerangka teologi yang rumit tentang penyembahan Kresna didirikan di India Utara. Nimbarka (abad ke-11 M), Wallabhacharya (abad ke-15 M) dan Caitanya Mahaprabhu (abad ke-16 M) adalah pendiri aliran yang paling berpengaruh. Aliran-aliran ini, yaitu Nimbarka Sampradaya, Wallabha Sampradaya dan Gaudiya Waisnawa, memandang Kresna sebagai dewa tertinggi, bukan awatara, seperti pada umumnya.
Di Deccan, khususnya di Maharashtra, penyair dari sekte Varkari seperti Dnyaneshwar, Namdev, Janabai, Eknath dan Tukaram mempromosikan pemujaan Witoba, wujud Kresna di daerah tertentu, dari awal abad ke-13 sampai akhir abad ke-18. Di India Selatan, Purandara Dasa dan Kanakadasa dari Karnataka menggubah lagu yang didedikasikan untuk citra Kresna di Udupi. Rupa Goswami dari aliran Gaudiya Waisnawa, telah menyusun ringkasan umum tentang bhakti yang disebut Bhakti-rasamrita-sindhu.
Di Dunia Barat
Sejak tahun 1966, Gerakan Bhakti Kresna telah menyebar keluar India. Penyebab utamanya adalah misi yang dilakukan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesadaran Krishna (International Society for Krishna Consciousness – ISKCON), lebih dikenal sebagai Gerakan Hare Krishna. Gerakan tersebut didirikan oleh Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang diinstruksikan oleh guru Dia, Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura, untuk menulis tentang Kresna dalam bahasa Inggris dan menyebarkan filsafat Gaudiya Waisnawa kepada masyarakat di Dunia Barat.
Dalam mendiskusikan asal mula seni pertunjukkan India, Horwitz menyinggung adanya kisah tentang Kresna dalam Mahabhashya karya Patanjali (sekitar 150 SM), yaitu saat episode terbunuhnya Kangsa (Kamsa Vadha) dan “pengikatan raksasa penyerbu surga” (Bali Bandha) dijelaskan. Balacharitam dan Dutavakyam karya Bhasa (sekitar 400 SM) adalah lakon berbahasa Sanskerta yang terpusat pada Kresna. Mulanya hanya pembeberan masa kecilnya, dan kemudian lakon satu babak yang berdasarkan satu episode dalam Mahabharata, saat Kresna berusaha mendamaikan dua sepupu yang bertikai.
Sejak abad ke-10 M, dengan berkembangnya Gerakan Bhakti, Kresna menjadi subjek favorit dalam kesenian. Lagu-lagu Gita Govinda menjadi terkenal di antero India, dan terdapat banyak imitasi. Lagu tersebut disusun oleh penyair gerakan Bhakti, dimasukkan ke dalam kelompok lagu rakyat maupun klasik.
Dalam legenda Hindu, tarian yang dilakukan Kresna bersama kekasihnya, Radha, dan para gadis pemerah susu dikenal sebagai “Rasa lila”, atau “Tarian Kasih Sayang Ilahi”. Rasa lila menjadi tema populer dalam tari Bharatanatyam, Odissi dan Kuchipudi. Rasa lila menjadi bentuk seni pertunjukkan rakyat populer di Mathura, Vrindavan di Uttar Pradesh, khususnya selama hari raya Krishna Janmashtami dan Holi, dan di antara berbagai pengikut Gaudiya Waisnawa di wilayah tersebut. Rasa lila juga dihormati sebagai salah satu Fetival Nasional di Assam. Dalam kitab Bhagawatapurana dinyatakan bahwa siapapun yang mendengarkan atau menggambarkan Rasa lila dengan penuh keyakinan maka akan mencapai “pengabdian atas rasa cinta sejati” dari Kresna (Suddha-bhakti).
Tarian Sattriya, yang diciptakan oleh tokoh suci Waisnawa dari Assam, Sankardeva, memuliakan kebajikan dari Kresna. Pada Abad Pertengahan, di Maharashtra tercipta suatu bentuk seni bercerita yang dikenal sebagai Hari-Katha, yang menceritakan kisah-kisah dan ajaran Waisnawa melalui musik, tarian, dan urutan narasi, dan kisah tentang Kresna adalah salah satu bagiannya. Tradisi ini berkembang hingga ke Tamil Nadu dan negara bagian India lainnya di sebelah selatan, dan kini populer di seluruh India.
Krishnalila Tarangini karya Narayana Tirtha (abad ke-17 M) yang menyediakan unsur-unsur dari lakon musikal Bhagavata-Mela menceritakan kisah Kresna semenjak lahir hingga pernikahannya dengan Rukmini. Tyagaraja (abad ke-18 M) menulis beberapa karya yang sama tentang Kresna, disebut Nauka-Charitam. Penuturan Kresna dari berbagai Purana dipentaskan dalam Yakshagana, seni pertunjukkan asli dari daerah Karnataka, India. Banyak film dalam berbagai bahasa di India telah dibuat berdasarkan cerita ini.
Adaptasi dalam budaya Indonesia
Wiracarita Mahabharata, yang memuat sebagian riwayat Kresna, terdiri dari delapan belas buku yang disebut Astadasaparwa (18 parwa). Wiracarita tersebut tidak hanya terkenal di Asia Selatan, namun juga menyebar ke Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Di Indonesia, beberapa bagiannya, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa berbahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi, pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kediri. Pada masa itu, dikenal pula proyek penerjemahan dengan istilah “mangjawakěn byāsamata”, yang bermakna membuat latar dalam cerita tersebut seolah-olah di pulau Jawa.
Di Indonesia, kisah Kresna yang bersumber dari Mahabharata, Hariwangsa, maupun Purana telah diadaptasi lalu digubah menjadi kakawin, antara lain Kakawin Kresnayana dan Kakawin Hariwangsa. Keduanya menceritakan kisah pernikahan Kresna dengan Rukmini, putri dari kerajaan Widarba. Selain itu, terdapat pula Kakawin Bhomantaka, yang menceritakan perang antara Kresna dengan raksasa Bhoma.
Di Indonesia, Mahabharata juga diangkat ke dalam pertunjukkan wayang, dengan adaptasi dan perubahan seperlunya. Dalam budaya pewayangan Jawa, tokoh Kresna dikenal sebagai raja Dwarawati (Dwaraka), kerajaan para keturunan Yadu dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah putra Basudewa, Raja Mandura (Mathura). Ia dilahirkan sebagai putra kedua dari tiga bersaudara (dalam versi Mahabharata ia merupakan putra kedelapan). Kakaknya bernama Baladewa (Balarama, alias Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai Sembadra (Subadra), yang dinikahi oleh Arjuna, sepupunya dari pihak ibu. Kresna memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Para istrinya yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama. Menurut pewayangan, anak-anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.
Pada lakon Baratayuda, yaitu perang antara Pandawa melawan Korawa, dia berperan sebagai sais atau kusir kereta perang Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat utama pihak Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding, dia memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan dia dikenal sebagai Bhagawadgita, yang berarti “Kidung Ilahi”.
Dalam budaya pewayangan, Kresna dikenal sebagai tokoh yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, berubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia. Pusaka-pusaka sakti yang dimilikinya antara lain senjata cakra, terompet kerang (sangkakala) bernama Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.
Dalam agama lain
Jainisme
Menurut ajaran Jainisme, terdapat tiga serangkai, yaitu seseorang yang bergelar Basudewa bersama kakaknya yang bergelar Baladewa, dan musuh mereka yang bergelar Pratibasudewa. Tiga serangkai tersebut lahir pada setiap zaman dan dengan nama yang berbeda-beda. Baladewa adalah penegak prinsip Jainisme tentang tindak tanpa kekerasan. Akan tetapi, Basudewa harus mengabaikan prinsip itu untuk membunuh Pratibasudewa demi menyelamatkan dunia. Kemudian Basudewa harus turun ke Naraka (dunia bawah) sebagai hukuman atas tindak kekerasan yang dilakukannya. Setelah menjalani hukuman, ia dilahirkan sebagai seorang Tirthankara.
Dalam daftar 63 Shalakapursha atau tokoh termasyhur Jainisme, termasuk di antaranya adalah 24 Tirthankara dan 9 tiga serangkai tersebut. Salah satu tiga serangkai tersebut adalah Kresna sebagai Basudewa, Balarama sebagai Baladewa, dan Jarasanda sebagai Pratibasudewa. Menurut Jainisme, ia merupakan sepupu Neminatha, Tirthankara ke-22. Kisah-kisah tiga serangkai tersebut dapat disimak dalam Hariwangsa karya Jinasena (bukan kitab Hariwangsa pendukung Mahabharata) dan Trishashti-shalakapurusha-charita karya Hemachandra.
Agama Buddha
Kisah Kresna muncul dalam cerita Jataka dalam agama Buddha, terutama dalam Ghatapandita Jataka, sebagai seorang pangeran dan penakluk legendaris dan Raja India. Dalam versi agama Buddha, Kresna disebut Basudewa, Kanha dan Kesawa, dan Balarama merupakan adiknya, disebut pula Baladewa. Detailnya menyerupai cerita yang dimuat dalam kitab Bhagawatapurana. Basudewa, beserta sembilan saudaranya yang lain (semuanya merupakan pegulat yang kuat) beserta kakak perempuannya (Anjana) merebut seluruh Jambudwipa (India) setelah memenggal paman mereka yang dianggap kejam, yakni Raja Kangsa, kemudian seluruh raja di Jambudwipa dengan menggunakan Cakra Sudarsana miliknya. Sebagian besar cerita yang memuat kekalahan Kangsa mengikuti cerita yang terkandung dalam Bhagawatapurana.
Seperti yang diceritakan dalam Mahabharata, semua saudaranya pada akhirnya tewas karena kutukan Resi Kanhadipayana (Byasa), juga dikenal sebagai Kresna Dwipayana). Kresna sendiri tertusuk oleh senjata pemburu karena suatu kesalahpahaman, meninggalkan Anjanadewi, satu-satunya anggota keluarganya yang masih hidup. Setelah itu, riwayatnya tidak disebutkan lagi.
Karena Jataka merupakan cerita yang diberikan menurut sudut pandang Buddha Gautama di kehidupan sebelumnya (serta kehidupan sebelumnya dari para pengikut Buddha), maka kisah Kresna pun dianggap sebagai salah satu kehidupan Sariputra, salah satu murid Buddha yang terkemuka, dan “Dhammasenapati” atau “Panglima Dharma” dan biasanya digambarkan sebagai “tangan kanan” Buddha dalam kesenian dan ikonografi Buddha. Sang Bodhisattva, yang lahir dalam cerita ini sebagai salah satu adiknya bernama Ghatapandita, menyelamatkan Kresna dari dukacita karena kehilangan putranya. Kresna sebagai manifestasi kebijaksanaan dan tukang kelakar yang disayangi juga disertakan dalam panteon agama Buddha di Jepang.
Agama Bahá’í
Umat Bahá’í meyakini bahwa Kresna adalah seorang “Manifestasi Tuhan”, atau salah seorang dalam rangkaian para nabi yang telah mengungkapkan Firman Tuhan untuk umat manusia pada waktunya. Maka dari itu, Kresna berada pada posisi yang mulia bersama Nabi Ibrahim, Musa, Zarathustra, Buddha, Muhammad, Yesus Kristus, Sang Báb, dan pendiri agama Bahá’í, Bahá’u’lláh.
Ahmadiyyah
Di Asia Selatan, anggota komunitas Ahmadiyyah meyakini Kresna sebagai utusan Tuhan, seperti yang diungkapkan oleh pendiri aliran tersebut, Mirza Ghulam Ahmad. Ghulam Ahmad juga mengaku memiliki kesamaan dengan Kresna sebagai pembangkit agama dan moralitas pada zaman modern yang misinya adalah mendamaikan umat manusia dengan Tuhan.[108] Pengikut Ahmadiyyah mempertahankan istilah avatar (awatara) yang dianggap sama dengan istilah “nabi” dalam tradisi agama di Timur Tengah sebagai campur tangan Tuhan dengan manusia; seperti Tuhan yang menunjuk manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Dalam Kuliah Sialkot, Ghulam Ahmad menulis:
Jelaslah bahwa Raja Krishna, sesuai dengan apa yang telah diwahyukan kepadaku, adalah orang yang benar-benar agung yang sulit untuk menemukan orang sepertinya di antara para Resi dan Awatara dalam Hindu. Dia adalah seorang Awatara — yaitu, Nabi — besar pada masanya yang kepadanya Roh Kudus turun dari Tuhan. Dia berasal dari Tuhan, jaya dan sejahtera. Ia membersihkan tanah Arya dari dosa dan ternyata Nabi pada zamannya yang kemudian ajarannya diubah dalam berbagai cara. Dia penuh kasih kepada Tuhan, seorang teman kebajikan dan musuh kejahatan.
Lainnya
Pemujaan atau penghormatan kepada Kresna telah diangkat dalam berbagai gerakan keagamaan baru sejak abad ke-19, dan kadang-kadang diikutsertakan dalam panteon eklektik dalam kitab-kitab okultisme, bersama tokoh-tokoh dari mitologi Yunani, Buddha, Alkitab, dan bahkan tokoh sejarah.
Sebagai contoh, Édouard Schuré, tokoh berpengaruh dalam filsafat abadi dan gerakan okultisme, menganggap Kresna sebagai Inisiasi Agung; sementara itu para ahli teosofi menghormati Kresna sebagai inkarnasi Maitreya (salah satu dari para Ahli Kebijaksanaan Kuno), guru spiritual umat manusia yang terpenting setelah Buddha. Kresna dikanonisasi oleh Aleister Crowley dan dihormati sebagai orang suci dalam Misa Gnostik dari Ordo Kuil Timur.
Gantungan Kunci Wayang Kresna
Berat | 250 kg |
Kondisi | Baru |
Dilihat | 1.032 kali |
Mustika Dua Sejoli adalah nama Produk ini. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Dua Sejoli Insya Allah untuk Keharmonisan dalam berpacaran, keharmonisan berumah tangga, keharmonisan dengan mitra kerja, harmonis dalam rekan, sahabat, dan keluarga serta menjadikan hidup lebih bahagia. Produk Jenis ini bernama Batu Akik Pamor Dua Sejoli. Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548. Tingkat Kekerasan 6.5-7… selengkapnya
Rp 300.000Apakah anda mencari ?? Pedang Samurai Asli Bisa Putus Paku, Pedang Samurai Putus Paku Telah Teruji Asli, Pedang Samurai Lulus Uji Memutuskan Paku, Pedang Samurai Tebas Paku, Pedang Samurai Katana Putus Tebas Paku, kami berikan Garansi Pedang Samurai Produk Pusaka Dunia bisa Memutuskan Paku dalam sekejap. Ukuran Panjang Pedang Samurai Asli bisa Putus Paku Pajang… selengkapnya
Rp 6.500.000Asbak Tengkorak Pembajak Laut ini selain untuk tempat pembuangan abu rokok juga sangat elegan dan terlihat klasik sebagai pajangan, Asbak Tengkorak Pembajak Laut ini juga dapat memberi aksen unik dan seni, bisa juga untuk souvenir atau kado hadiah. Asbak Tengkorak Pembajak Laut Ini Terbuat dari bahan: Tanah liat kapur Ukuran Asbak Tengkorak Pembajak Laut :… selengkapnya
Rp 130.000Tanaman Bonsai Hokiantea Harga Murah Berkualitas, Merupakan tanaman bonsai yang sangat elegan dan indah sekali dijadikan hiasan rumah anda. Bonsai ini berukuran Medium dan ukuran tingginya 25 Cm. Bagi yang berminat Pusaka Dunia akan memberikan Cara Mengisi Khodam Tanaman Bonsai Hokiantea agar berpenghuni Jin yang bermanfaat sebagai Penjaga Rumah atau Tempat Usaha. Jika menginginkan Bonsai… selengkapnya
Rp 750.000Mustika Kristal The Flash Mustika Kristal The Flash adalah mustika bertuah dengan bentuk pamor the flash yang indah mempesona. Pamor dan warna pada mustika tersebut terbentuk melalui proses alam dan bukan hasil isian maupun gambaran manusia. Energi dari Mustika Kristal The Flash tesrebut alami dan bermanfaat positif bagi pemiliknya. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya… selengkapnya
Rp 300.000Mustika Rajah Jin Putih Mustika Rajah Jin Putih merupakan mustika bertuah dengan pamor rajah J putih unik dan elegan sekali. Energi mustika tersebut cocok sekali dengan semua aura dan tidak pemilih, jadi sangat aman untuk dimiliki siapapun. Pamor mustika ini juga terbentuk melalui proses alam secara alami dan bukan hasil isian maupun gambaran manusia. Mustika… selengkapnya
Rp 275.000Nama Produk Mustika Raja Combong Raja Pelet. Khasiat, Tuah, Manfaat Insya Allah untuk menaklukan banyak hati, menundukan perasaan, membangkitkan ajian pengasihan dan pelet alami, banyak orang terkesima dan mudah diperdaya, batu combong merupakan pusaka bertuah khusus penunduk dan pengasihan tingkat tinggi. Produk Jenis ini bernama Batu Akik Combong Besar. Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548…. selengkapnya
Rp 400.000Mustika Pagar Gaib Pelindung Keluarga Mustika Pagar Gaib Pelindung Keluarga merupakan mustika dengan bintik putih yang alami. Bintik putih ini bukanlah buatan manusia namun merupakan bintik alami hasil proses alami jutaan tahun. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Pagar Gaib Pelindung Keluarga Insya Allah untuk pagar gaib, kekebalan penangkal serangan gaib, penangkal ilmu sihir, gendam, sirep, guna-guna,… selengkapnya
Rp 325.000Kata Pencarian Produk Mustika Anoman Obong, Anoman, Hanoman, Cerita Anoman Obong, Anoman Obong, Wayang Anoman, Gambar Anoman, Foto Hanoman. Nama Produk ini Mustika Anoman Obong. Mustika Anoman Obong ini Khasiat / Manfaat Insya Allah untuk proteksi gaib diri sendiri, rumah, toko, kantor, tempat usaha, pesugihan alami tanpa tumbal, meningkatkan kekayaan secara drastis, membuka peluang usaha… selengkapnya
Rp 850.000Mustika Karang Mukti Mustika Karang Mukti adalah mustika bertuah yang memiliki pamor membentuk karang yang unik dan memang jarang sekali untuk didapatkan. Mustika seperti ini memang jarang untuk didapatkan dan jarang sekali ada, selain itu pamor pada mustika tersebut terbentuk secara alami. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk mendatangkan rejeki berlimpah, mendatangkan kekuatan… selengkapnya
Rp 250.000