Siapa Idola Kita ?
Tentang Siapa Idola Kita ? Bila kita memperhatikan fenomena dan gejala yang memasyarakat saat ini di dalam mencari panutan atau lebih trend lagi dengan sebutan “sang idola”, maka kita akan menemukan hal yang sangat kontras dengan apa yang terjadi pada abad-abad terdahulu, khususnya pada tiga abad utama (al-Qurûn al-Mufadldlalah).
Kalau dulu, orang begitu mengidolakan manusia-manusia pilihan dan berakhlaq mulia di kalangan mereka seperti para ulama dan orang-orang yang shalih. Maka, kondisi itu sekarang sudah berubah total. Orang-orang sekarang cenderung menjadikan manusia-manusia yang tidak karuan dari segala aspeknya sebagai idola. Mereka mengidolakan para pemain sepakbola, kaum selebritis, paranormal dan tokoh-tokoh maksiat pada umumnya. Anehnya, hal ini didukung oleh keluarga bahkan diberi spirit sedemikian rupa agar anaknya kelak bisa menjadi si fulanah yang artis, atau si fulan yang pemain sepakbola dan seterusnya. Lebih aneh lagi bahwa mereka berbangga-bangga dengan hal itu.
Tentunya ini sangat ironis karena sebagai umat Islam yang mayoritas seharusnya mereka harus memahami ajaran agama secara benar sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang di dalamnya. Ketidaktahuan akan ajaran agama ini akan berimplikasi kepada masa depan mereka kelak karena ini menyangkut keselamatan dan ketentraman mereka di dalam meniti kehidupan di dunia ini.
Bahkan pada sebagian masyarakat kita, telah muncul gejala yang lebih serius dan mengkhawatirkan lagi, yaitu pengkultusan terhadap sosok yang dianggap sebagai tokoh tanpa menyelidiki terlebih dahulu sisi ‘aqidah dan akhlaqnya. Tokoh idola ini diikuti semua perkataan dan ditiru semua perbuatannya tanpa ditimbang-timbang lagi, apakah yang dikatakan atau dilakukan itu benar atau salah menurut agama bahkan sebaliknya, perkataan dan perbuatannya justru menjadi acuan benar tidaknya menurut agama…naûdzu billâhi min dzâlik.
Yang lebih memilukan lagi, sang idola yang tidak ketahuan juntrungannya tersebut memposisikan dirinya sebagaimana yang dianggap oleh para pengidolanya. Mereka berlagak sebagai manusia-manusia suci pada momen-momen yang memang suci seperti pada bulan Ramadhan, hari Raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adlha. Mereka diangkat sedemikian rupa oleh mass media dan media visual maupun audio visual seperti surat kabar, majalah, internet, radio dan televisi.
Pada momen-momen tersebut, mereka seakan mengisi semua hari-hari para pengidola bahkan non pengidolapun tak luput dari itu. Mereka menganggap bahwa diri merekalah yang paling mengetahui apa yang harus dilakukan secara agama pada momen-momen tersebut. Maka dipersembahkanlah berbagai tayangan program dan acara untuk menyemarakkan syi’ar bulan Ramadhan tersebut – menurut anggapan mereka- . Tampak, pada momen-momen tersebut mereka seakan menjadi manusia paling suci dan panutan semua… Yah! Untuk sesaat saja!.
Sesungguhnya, apa yang mereka lakukan itu tak lain hanyalah racun yang dipaksakan kepada ummat untuk diteguk, mulai dari racun dengan reaksi lambat, sedang bahkan cepat tergantung kepada daya tahan dan tingkat kekebalan peneguknya.
Selanjutnya, akankah kita membiarkan anggota keluarga kita meneguk racun-racun tersebut, baru kemudian menyesali apa yang telah terjadi?.
Maka untuk mengetahui siapa yang seharusnya dijadikan sebagai idola oleh seorang Muslim dan bagaimana implikasi-implikasinya?. Kajian hadits kali ini sengaja mengangkat tema tersebut, mengingat hampir semua rumah kaum Muslimin telah dimasuki oleh salah satu atau kebanyakan mass media dan media tersebut.
Semoga kita belum terlambat untuk menyelamatkan keluarga kita sehingga racun-racun tersebut dapat dilenyapkan dan dimusnahkan.
NASKAH HADITS
Dari Abu Wâ-il dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata: “seorang laki-laki datang kepada Rasulullah sembari berkata: ‘wahai Rasulullah! Apa pendapatmu terhadap seorang laki-laki yang mencintai suatu kaum padahal dia belum pernah (sama sekali) berjumpa dengan mereka?’. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “seseorang itu adalah bersama orang yang dia cintai”. (H.R.Muslim)
TAKHRIJ HADITS SECARA GLOBAL
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Bukhâry, at-Turmuzy, an-Nasaiy, Abu Daud, Ahmad dan ad-Darimy.
PENJELASAN HADITS
Di dalam riwayat yang lain, disebutkan dengan lafazh “Engkau bersama orang yang engkau cintai”. Demikian pula dengan hadits yang maknanya: “Ikatan Islam yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah”.
Anas bin Malik mengomentarinya: “Setelah keislaman kami, tidak ada lagi hal yang membuat kami lebih gembira daripada ucapan Rasulullah: ‘engkau bersama orang yang engkau cintai’ ”. Lalu Anas melanjutkan: “Kalau begitu, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, Abu Bakar serta ‘Umar. Aku berharap kelak dikumpulkan oleh Allah bersama mereka meskipun aku belum berbuat seperti yang telah mereka perbuat”.
Imam an-Nawawy, setelah menyebutkan beberapa hadits terkait dengan hadits diatas, menyatakan: “Hadits ini mengandung keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya, orang-orang yang shalih, orang-orang yang suka berbuat kebajikan baik yang masih hidup atau yang telah mati. Dan diantara keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan keduanya serta berakhlaq dengan akhlaq islami. Di dalam mencintai orang-orang yang shalih tidak mesti mengerjakan apa saja yang dikerjakannya sebab bila demikian halnya maka berarti dia adalah termasuk kalangan mereka atau seperti mereka. Pengertian ini dapat diambil dari hadits setelah ini, yakni (ucapan seseorang yang bertanya tentang pendapat beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengenai) seseorang yang mencintai suatu kaum sementara dia tidak pernah sama sekali bertemu dengan mereka (seperti yang tersebut di dalam hadits diatas-red)…”.
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah mengaitkan makna cinta tersebut selama seseorang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya sebab orang yang mencintai Allah, maka dia pasti mencintai para Nabi-Nya karena Dia Ta’ala mencintai mereka dan mencintai setiap orang yang meninggal di atas iman dan taqwa. Maka mereka itulah Awliyâ Allah (para wali Allah) yang Allah cintai seperti mereka yang dipersaksikan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam masuk surga, demikian pula dengan Ahli Badar dan Bai’ah ar-Ridlwan. Jadi, siapa saja yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah masuk surga, maka kita bersaksi untuknya dengan hal ini sedangkan orang yang tidak beliau persaksikan demikian, maka terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama; sebagian ulama mengatakan: ‘tidak boleh dipersaksikan bahwa dia masuk surga dan kita juga tidak bersaksi bahwa Allah mencintainya’. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan: ‘justeru orang yang memang dikenal keimanan dan ketakwaannya di kalangan manusia serta kaum Muslimin telah bersepakat memuji mereka seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Hasan al-Bashry, Sufyan ats-Tsaury, Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’iy, Ahmad, Fudlail bin ‘Iyadl, Abu Sulaiman ad-Darany (al-Kurkhy), ‘Abdullah bin Mubarak dan selain mereka, kita mesti bersaksi bahwa mereka masuk surga’.
Diantara dalil yang digunakan oleh kelompok kedua ini adalah hadits shahih yang menyatakan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah melewati suatu jenazah lalu mereka memujinya dengan kebaikan, maka beliau berkata: “pasti, pasti”. Kemudian lewat lagi suatu jenazah lalu mereka bersaksi untuknya dengan kejelekan, maka beliau berkata: “pasti, pasti”. Mereka lantas bertanya: “wahai Rasulullah! Apa maksud ucapanmu : ‘pasti, pasti tersebut ?’. beliau menjawab: “jenazah ini kalian puji dengan kebaikan, maka aku katakan: ‘pasti ia masuk surga’. Dan jenazah satunya, kalian bersaksi dengan kejelekan untuknya, maka aku katakan: ‘pasti dia masuk neraka’. Lalu ada yang bertanya kepada beliau: “bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “dengan pujian baik atau jelek”.
Klasifikasi Mahabbah (Kecintaan)
Mahabbah ada beberapa jenis:
Pertama, al-Mahabbah Lillâh (kecintaan karena Allah) ; jenis ini tidak menafikan tauhid kepada-Nya bahkan sebagai penyempurna sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah kecintaan karena Allah dan kebencian karena Allah.
Refleksi dari kecintaan karena Allah adalah bahwa kita mencintai sesuatu karena Allah Ta’ala mencintainya baik ia berupa orang atau pekerjaan, dan inilah yang merupakan penyempurna keimanan.
Diantara contoh yang menjelaskan perbedaan antara kecintaan kepada Allah dan selain Allah adalah antara apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Abu Thalib; Abu Bakar mencintai Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam karena semata-mata mengharap ridla Allah sedangkan Abu Thalib, paman Nabi mencintai diri beliau dan membelanya karena mengikuti hawa nafsunya bukan karena Allah sehingga Allah menerima amal Abu Bakar dan tidak menerima amal Abu Thalib.
Kedua, al-Mahabbah ath-Thabî’îyyah (kecintaan yang alami) dimana seseorang tidak mendahulukannya dari kecintaannya kepada Allah ; jenis ini juga tidak menafikan kecintaan kepada Allah. Contohnya adalah seperti kecintaan terhadap isteri, anak dan harta.
Oleh karena itu, tatkala Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ditanyai tentang siapa manusia yang paling engkau cintai?. Beliau menjawab: ‘Aisyah. Lalu beliau ditanyai lagi: dari kalangan laki-laki siapa?. Beliau menjawab: ayahnya (yakni Abu Bakar).
Demikian juga kecintaan seseorang kepada makanan, pakaian dan selain keduanya yang bersifat alami.
Ketiga, al-Mahabbah ma’a Allah (kecintaan berbarengan dengan kecintaan kepada Allah) yang menafikan tauhid kepada-Nya; yaitu menjadikan kecintaan kepada selain Allah seperti kecintaan kepada-Nya atau melebihinya dimana bila kedua kecintaan itu saling bertolak belakang, seseorang lebih mengutamakan kecintaan kepada selain-Nya ketimbang kepada-Nya. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang menjadikan kecintaan tersebut sebagai sekutu bagi Allah yang lebih diutamakannya atas kecintaan kepada-Nya atau –paling tidak- menyamainya.
Diantara contoh kecintaan kepada selain Allah adalah seperti kecintaan kaum Nashrani terhadap ‘Isa al-Masih ‘alaihissalâm, kecintaan kaum Yahudi terhadap Musa ‘alaihissalâm, kecintaan kaum Syi’ah Rafidlah terhadap ‘Aly radliallâhu ‘anhu, kecintaan kaum Ghulât (orang-orang yang melampaui batas dan berlebih-lebihan) terhadap para syaikh dan imam mereka seperti orang yang menunjukkan loyalitas terhadap seorang Syaikh atau Imam dan menghasut orang lain agar menjauhi orang yang dianggap rival atau saingannya padahal masing-masing mereka hampir sama atau sama di dalam kedudukan dan kualitas kelimuan. Ini sama dengan kondisi Ahlul Kitab yang beriman kepada sebagian Rasul dan kufur kepada sebagian yang lain; kondisi kaum Syi’ah Rafidlah yang menunjukkan loyalitas terhadap sebagian shahabat dan memusuhi sebagian besar yang lainnya, demikian pula kondisi orang-orang yang fanatik dari kalangan Ahli Fiqih dan Zuhud yang menunjukkan sikap loyalitas terhadap para syaikh dan imam mereka dengan menganggap remeh orang-orang selain mereka yang sebenarnya hampir sama atau selevel dengan para syaikh dan imam mereka tersebut. Seorang Mukmin sejati adalah orang yang menunjukkan loyalitas terhadap semua orang yang beriman sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara”.
Perbedaan Antara Klasifikasi Pertama Dan Ketiga
Perbedaan antara klasifikasi pertama, yakni al-Mahabbah lillâh (kecintaan karena Allah) dan klasifikasi ketiga, yakni al-Mahabbah ma’a Allah (kecintaan berbarengan dengan kecintaan kepada Allah) tampak jelas sekali, yaitu;
– bahwa Ahli syirik menjadikan sekutu-sekutu yang mereka cintai sama seperti kecintaan mereka kepada Allah bahkan lebih,
– sedangkan orang-orang yang beriman dan ahli iman sangat mencintai Allah, ini dikarenakan asal kecintaan mereka adalah mencintai Allah dan barangsiapa yang mencintai Allah, maka dia akan mencintai orang yang dicintai oleh Allah; dan barangsiapa yang dicintai oleh-Nya, maka dia akan mencintai-Nya. Jadi, orang yang dicintai oleh orang yang dicintai oleh Allah adalah dicintai oleh Allah karena dia mencintai Allah; barangsiapa yang mencintai Allah, maka Allah akan mencintainya sehingga kemudian dia mencintai orang yang dicintai oleh-Nya.
–
Urgensi Mencintai Allah dan Rasul-Nya
Kewajiban pertama seorang hamba adalah mencintai Allah Ta’ala karena merupakan jenis ibadah yang paling agung sebagaimana firman-Nya : “Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (Q,.s.al-Baqarah/01: 165). Hal ini dikarenakan Dia Ta’ala adalah Rabb yang telah berkenan memberikan kepada semua hamba-Nya nikmat-nikmat yang banyak baik secara lahir maupun bathin.
Kewajiban berikutnya adalah mencintai Rasul-Nya, Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebab beliaulah yang mengajak kepada Allah, memperkenalkan-Nya, menyampaikan syari’at-Nya serta menjelaskan kepada manusia hukum-hukum-Nya. Jadi, semua kebaikan yang didapat oleh seorang mukmin di dunia dan akhirat semata adalah berkat perjuangan Rasulullah. Seseorang tidak akan masuk surga kecuali bila ta’at dan mengikuti beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam .
Di dalam hadits yang lain disebutkan: “Tiga hal yang bila ada pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman; (pertama)bahwa dia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya; (kedua) dia mencintai seseorang hanya karena Allah; (ketiga) dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia benci dirinya dicampakkan ke dalam api neraka”. (Hadits Muttafaqun ‘alaih)
Dalam hal ini, mencintai Rasulullah yang menempati peringkat kedua merupakan sub-ordinasi dan konsekuensi dari mencintai Allah Ta’ala. Khusus dengan kewajiban mencintai Rasulullah dan mendahulukannya atas kecintaan terhadap siapapun dari Makhluk Allah, terdapat hadits beliau yang berbunyi (artinya) : “Tidaklah beriman seseorang diantara kalian hingga aku menjadi orang yang paling dicintainya daripada anaknya, ayahnya serta seluruh manusia”. (Hadits Muttafaqun ‘alaih).
Lebih dari itu, hendaknya kecintaannya terhadap Rasulullah melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri sebagaimana disebutkan di dalam hadits bahwa ‘Umar bin al-Khaththab radliallâhu ‘anhu pernah berkata: “Wahai Rasulullah! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu selain daripada diriku”. Lalu beliau bersabda: “demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga engkau jadikan aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”. Lantas ‘Umar berkata kepada beliau: “Kalau begitu, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”. Beliau berkata kepadanya: “Sekaranglah, wahai ‘Umar!”. (H.R.Bukhary).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Setiap mahabbah (kecintaan) dan pengagungan terhadap manusia hanya boleh menjadi sub-ordinasi dari kecintaan kepada Allah dan pengagungan terhadap-Nya, yaitu seperti kecintaan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan pengagungan terhadapnya karena hal ini merupakan sarana penyempurna kecintaan terhadap utusan-Nya dan pengagungan terhadap-Nya. Sesungguhnya, umat mencintai Rasul mereka karena kecintaan Allah, pengagungan-Nya serta pemuliaan-Nya terhadap dirinya. Inilah bentuk kecintaan yang merupakan konsekuensi dari kecintaan kepada Allah”.
Implikasi Dari Kecintaan Kepada Selain Allah Dan Rasul-Nya Yang Berlebihan
Dimuka telah dijelaskan bahwa kita sangat menginginkan agar dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai, yaitu orang-orang yang shalih dan dikenal ketaqwaannya. Sementara itu menurut satu pendapat, juga kita dibolehkan bersaksi untuk orang yang memang dikenal oleh kalangan luas ketaqwaan dan keshalihannya serta umat telah bersepakat memujinya seperti imam-imam madzhab yang empat.
Di samping itu, telah disebutkan bahwa ada dua pendapat terkait dengan persaksian masuk surga terhadap orang yang belum dipersaksikan demikian oleh Rasulullah dimana salah satu pendapat berdalil dengan salah satu sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang memberikan kriteria, yaitu adanya pujian baik dan jelek dari manusia.
Dari sini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah bahwa sebenarnya banyak di kalangan para syaikh yang terkenal di masa beliau yang bisa jadi bukan orang berilmu, bahkan melakukan amalan sesat, kemaksiatan dan dosa-dosa yang menghalangi diri mereka dari persaksian orang terhadap mereka dengan kebaikan. Bahkan bisa jadi, diantara mereka ada orang Munafiq dan Fasiq, juga tidak menutup kemungkinan ada orang yang termasuk wali-wali Allah yang benar-benar bertaqwa dan beramal shalih serta termasuk hizb-Nya yang mendapatkan kemenangan. Disamping itu, ada pula kelompok manusia selain para syaikh tersebut yang dikategorikan sebagai para wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa -dimana mereka itu masuk surga – seperti para pedagang, petani dan selain mereka dari kelas sosial lainnya yang ada di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, menurut Syaikhul Islam, barangsiapa yang meminta agar kelak dikumpulkan dengan seorang Syaikh yang dia tidak tahu bagaimana akhir hidupnya maka dia telah sesat, bahkan seharusnya dia meminta agar dikumpulkan oleh Allah dengan orang yang dia ketahui akhir hidupnya yaitu para Nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih sebagaimana firman Allah Ta’ala: “…dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu’min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula”. (Q,.s. 66/at-Tahrim: 4).
Di dalam firman-Nya yang lain: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”. (Q,.s. 5/al-Ma-idah: 55). Demikian pula di dalam firman-Nya: “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”. (Q,.s. 5/al-Ma-idah: 56).
Maka, berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, kembali menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, siapa saja yang mencintai seorang Syaikh/tuan guru yang menyelisihi syari’at, maka dia kelak akan bersamanya; bila si Syaikh dimasukkan ke dalam neraka, maka dia akan bersamanya disana. Sebab secara lumrah sudah diketahui bahwa para Syaikh yang menyimpang dan menyelisihi Kitabullah dan as-Sunnah adalah orang-orang yang sesat dan jahil, karenanya; barangsiapa yang bersama mereka, maka jalan akhir dari kehidupannya adalah sama seperti jalan akhir dari kehidupan orang-orang tersebut (ahli kesesatan dan kejahilan). Sedangkan mencintai orang yang termasuk para wali Allah yang bertaqwa seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Aly dan selain mereka adalah merupakan ikatan keimanan yang paling kokoh dan sebesar-besar kebaikan yang akan diraih oleh orang-orang yang bertaqwa. Andaikata seseorang mencintai seseorang yang lain lantaran melihat kebaikan yang tampak pada dirinya yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan mengganjarnya pahala atas kecintaannya terhadap apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya meskipun dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya tersimpan di dalam bathinnya (orang tersebut) karena hukum asalnya adalah mencintai Allah dan mencintai apa yang dicintai oleh-Nya; barangsiapa yang mencintai Allah dan apa yang dicintai oleh-Nya, maka dia termasuk wali Allah akan tetapi kebanyakan manusia sekarang hanya mengaku-aku saja bahwa dirinya mencintai tetapi tanpa teliti dan realisasi yang benar. Allah berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad)! Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni semua dosa kalian”.
Ayat ini turun terhadap suatu kaum di masa Rasulullah yang mengaku-aku bahwa mereka mencintai Allah.
Mencintai Allah dan Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa memiliki konsekuensi melakukan hal-hal yang dicintai-Nya dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai-Nya sementara manusia di dalam hal ini memiliki perbedaan yang signifikan; barangsiapa yang di dalam hal tersebut berhasil meraup jatah yang banyak, maka dia akan meraih derajat yang paling besar pula di sisi Allah.
Sedangkan orang yang mencintai seseorang karena mengikuti hawa nafsunya seperti dia mencintainya karena ada urusan yang bersifat duniawy yang ingin diraihnya, karena suatu hajat tertentu, karena harta yang dia menumpang makan kepada si empunya-nya, atau karena fanatisme terhadapnya, dan semisal itu; maka ini semua itu bukan termasuk kecintaan karena Allah tetapi (kecintaan) karena hawa nafsu belaka. Kecintaan seperti inilah yang menjerumuskan para pelakunya ke dalam kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI HADITS TERSEBUT
Kewajiban pertama seorang hamba adalah mencintai Allah, setelah itu diikuti dengan kewajiban berikutnya, yaitu mencintai Rasul-Nya yang merupakan subordinasi dan konsekuensi dari mencintai Allah tersebut.
Seseorang kelak akan dikumpulkan bersama orang yang diidolakan dan dicintainya; maka hendaknya yang menjadi idola kita adalah Allah dan Rasul-Nya serta hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertaqwa.
Persaksian terhadap seseorang masuk surga atau tidak boleh dilakukan bila memang termasuk orang yang sudah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sedangkan terhadap orang yang banyak dipuji dan dipersaksikan oleh orang banyak; maka terdapat perbedaan pendapat tentang kebolehannya.
Hendaknya semua makhluk mengikuti Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam; tidak menyembah selain Allah dan beribadah kepada-Nya dengan syari’at Rasulullah, bukan selainnya.
Tidak boleh kita mengidolakan dan mencintai orang-orang yang dikenal sebagai pelaku maksiat dan pengumbar hawa nafsu karena implikasinya amat berbahaya, khususnya terhadap ‘aqidah. Karenanya, bagi mereka yang terlanjur telah mengidolakan orang-orang seperti itu yang tidak karuan ‘aqidah dan akhlaqnya, hendaknya mulai dari sekarang mencabut pengidolaan tersebut dari hati mereka dan mengalihkannya kepada idola yang lebih utama, yaitu Allah dan Rasul-Nya serta hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertaqwa. Sebab bila tidak, maka akhir hidupnya akan seperti akhir hidup orang-orang yang diidolakannya yang tidak karuan juntrungannya tersebut, na’ûdzu billâhi min dzâlik. Wallahu a’lam
Demikian Artikel Tentang Siapa Idola Kita ?
Siapa Idola Kita ?
Mustika Sakti Jimat Judi Ampuh PUSAKA DUNIA – Mustika Sakti Jimat Judi insya Allah membawa hoki serta menjauhkan dari kesialan/kegagalan serta memudahkan pemilik dalam meraih kemenangan dalam bermain judi. Mustika ini dipercaya memberikan kelancaran rejeki melimpah dari berbagai arah. Selain untuk hoki judi juga dapat membantu untuk mempertajam insting dan feeling dalam menebak dadu. Mustika… selengkapnya
Rp 750.000Mustika Air Mata Duyung Pengasihan Ampuh Mustika Air Mata Duyung Pengasihan Ampuh adalah salah satu mustika bertuah yang sudah terkenal dengan khasiatnya yaitu pelet pengasihan. Batu mustika ini memiliki daya tarik yang sangat kuat sehingga siapapun yang memiliki batu mustika ini akan diberikan kelancaran dalam segala bidang. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Air Mata Duyung Pengasihan… selengkapnya
Rp 330.000Buku Pedoman Praktis MC Dan Pidato Berbahasa Jawa Buku Pedoman Praktis MC Dan Pidato Berbahasa Jawa meniko insya’Allah saged damel cepengan lan waosan ugi pedoman poro pelajar, santri lan kalangan umum, ugi kangge sinten kemawon lan wonten pundih panggenan engkang sakmeniko nekuni lan belajar dados MC lan maringi pidato (sambutan) kelawan ngginaaken bahasa jawi. MUQODIMMAH… selengkapnya
Rp 24.000Mustika Darah Pelarisan Ampuh Mustika Darah Pelarisan Ampuh adalah batu mustika bertuah yang memiliki pamor api didalam batu mustika tersebut yang terbentuk secara alami dan bukan karena gambaran maupun isian manusia. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Darah Pelarisan Ampuh Insya Allah untuk pelarisan dagang ampuh, menarik pembeli, membuka aura tempat usaha, syarat pusaka pelarisan dagang, kesuksesan… selengkapnya
Rp 200.000Mustika Khodam Raja Wibawa Mustika Khodam Raja Wibawa merupakan mustika bertuah yang memiliki warna coklat dan hitam yang memang indah serta perpaduan warnanya sangat serasi sekali. Mustika tersebut pamornya juga terbentuk secara alami dan bukan karena isian maupun gambaran manusia. Mustika ini sangat jarang ada dan didapatkan. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk… selengkapnya
Rp 375.000Jimat Fosil Pusaka Tanduk Keramat Jimat Fosil Pusaka Tanduk Keramat ini merupakan jenis pusaka yang sangat langka dan sering diburu bahkan para arkeolog juga memburunya tidak hanya pecinta benda bertuah dan kolektor. Jimat Fosil Pusaka Tanduk Keramat dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti penelitian pendidikan dan ilmiah, serta pengembangan budaya dan spiritual. Kemanjuran fosil adalah… selengkapnya
Rp 1.850.000Pisau Lipat Otomatis Microtech Scarab Dual Action merupakan pisau lipat dengan desain yang sangat elegan dan indah sekali corak warnanya, pisau ini sungguh terkesan elegan dan pisau tersebut bilahnya tajam. Panjang Pisau 22.5 Cm, dengan panjang bilah 9.8 Cm, Handle: Zinc Alloy yang indah. Pisau ini sangat indah dan cocok sekali untuk dijadikan koleksi dan… selengkapnya
Rp 550.000Mustika Khodam Trauco Mustika Khodam Trauco merupakan mustika bertuah yang memiliki pamor sosok khodam trauco atau khodam kepala yang sangat ganas akan tetapi penurut terhadap Pemilik mustika tersebut. pamor mustika tersebut terentuk secara alami dan bukan karena isian maupun gambaran manusia. Khasiat Manfaat Bertuah Mustika Tersebut Insya Allah untuk memiliki khodam pendamping ampuh, kekuatan untuk… selengkapnya
Rp 325.000Mustika Jala-jala Asmara Mustika ini memiliki corak pamor yang sangat unik dan langka sekali, pamor mustika ini berbentuk bagaikan jala-jala asmara yang siap menjala asmara cinta siapa saja, Mustika ini juga pamurnya sangat elegan dan terlihat sangat indah sekali. Pamor mustika seperti ini sangat jarang sekali ada dan ditemukan. Pembelian mustika ini sudah termasuk liontin,… selengkapnya
Rp 500.000Cincin Mustika Pelet Mani Gajah Asli Cincin Mustika Pelet Mani Gajah Asli merupkan batu mustika mani gajah yang memang asli natural alami dan sudah diikat cincin rodium yang berbentuk cakar yang elegan. Mustika ini termasuk salah satu batu mustika yang banyak digemari serta diburu orang. Mustika ini juga menjadi salah satu primadonanya batu mustika bertuah…. selengkapnya
Rp 475.000Batu Mustika Bertuah Asli Batu Mustika Bertuah Asli merupakan sebuah batu yang diperoleh dari penarikan gaib, sejak dulu kala batu mustika bertuah menjadi salah satu sarana spiritual yang dikenal dengan keampuhannya selain benda pusaka keris maupun tombak , mustika bertuah juga digandrungi oleh para pencinta/kolektor barang bertuah karena simpel bisa dibuat cincin atau liontin tergantung kesukaan… selengkapnya
Apa Khasiat Keris Tindih?? Keris tindih pasti keris paling tua dari ribuan keris yang anda punya, tujuan keris tindih untuk mengendalikan keris yang usianya lebih muda. Misalnya ada 5 orang saudara dan anak yang pertama berbadan kecil bekerja sebagai petani, sedang yang 4 seorang petinju berbadan besar tetapi perbedaan itu tidak akan merubah adat istiadat… selengkapnya
Khasiat Batu Permata Anatase Anatase Variasi Warna : Coklat, Hitam, Abu-Abu, Hijau, Biru Kadar Transparasi : Transparan hingga Opak Luster : Adamantine hingga Spledent Index Bias : 2.488 – 2.564 Kadar Keras : 5.5 – 6.0 Skala Mohs. Berat Jenis : 3.82 – 3.97 gr/cm3 Formula Kimia : TiO2 (Titanium Oxide) Tahun ditemukan : 1801… selengkapnya
Cara Mendeteksi Seseorang Diserang Guna-Guna Cara Mendeteksi Seseorang Diserang Guna-Guna sangatlah mudah. Di Indonesia ada banyak sekali ilmu untuk menghancurkan musuh jarak jauh. Indonesia memiliki ilmu ghaib yang cukup mengerikan sehingga bisa berbuat apa saja tanpa bertemu atau berkomunikasi dengan target. Guna-Guna adalah andalan. Orang awam bisa melihat dengan jelas orang yang terkena guna-guna. Jika ada… selengkapnya
Misteri Pesugihan Babi Ngepet Misteri Pesugihan Babi Ngepet belum banyak diketahui orang. Pesugihan yang satu ini termasuk dalam golongan pesugihan langka dan pemberi ilmu babi ngepet ini adalah sosok berilmu tingkat tinggi. Babi ngepet akan bekerja diwaktu malam hari dimana orang-orang sudah tertidur lelap, sehingga aman dari tangkapan manusia. Babi ngepet akan bekerja dengan 2 orang… selengkapnya
Praktek Dukun Kepulauan Mentawai Praktek Dukun Kepulauan Mentawai sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Praktek Dukun Kepulauan Mentawai… selengkapnya
Tentang Bersin dan Menguap. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’alaa anhu, Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar… selengkapnya
Aji Tiwikrama ( Raksasa) Dengan ajian ini maka diri anda bagaikan Raksasa yang sedang murka dalam pandangan bathinnya. Sedangkan dalam pandangan anda, Lawan akan terlihat sangat kecil hingga membangkitkan daya serang anda berlimpah ruah. Ajian ini merupakan ilmu yang dimiliki oleh Dewa Wisnu, Raja Dasamuka,Kumbakarna, Sri Rama, Kresna,Angling Darma, bahkan Raja Brahma Kumbara. Ajian ini… selengkapnya
Alamat Dukun Kupang Alamat Dukun Kupang sering dicari oleh masyarakat karena datang ketempat praktek adalah kebiasaan orang-orang jika ingin bertransaksi. Banyak sekali orang-orang yang tertipu karena mengambil jasa Dukun atau dukun dari jarak jauh. Anda tidak perlu khawatir karena Pusaka Dunia membuka layanan jasa spiritual yang ampuh dan terpercaya. Alamat Pusaka Dunia Kupang Masyarakat Kupangtidak… selengkapnya
74 Wasiyat Untuk Para Pemuda Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Artikel ini… selengkapnya