Beranda » Blog » Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah

Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah

Diposting pada 28 November 2016 oleh Pusaka Dunia / Dilihat: 413 kali

Tentang Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah. Proses Keislaman Selebritis Natalie Sarah, Simak Pengakuannya – Bagaimana Allah SWT telah memberikan Hidayah merubah dirinya ’Menuju ‘Keteduhan Islam’
Tahun 2001 saya pernah bermimpi membaca surat Al Fatihah dan bertemu dengan seorang kakek memakai jubah putih. Orang yang saya jumpai dalam mimpi itu berpesan bahwa seandainya ketakutan, sakit atau apapun saya disuruh membaca surat Al Fatihah.

Saya sama sekali tidak tahu apa makna Al Fatihah walapun ketika SD saya sering mendengar teman-teman baca surat itu. saya tanya kepada teman maksud mimpi saya disuruh membaca Al Fatihah. Akhirnya saya diberi Alquran terjemahan dan saya baca artinya ternyata maknanya sangat mendalam. Saya tahu bahwa Al Fatihah hanya milik umat Islam.

Mimpi itu barangkali tidak begitu mengusik bintang sinetron Natalie Sarah, bila datang saat ini. Hanya saja, mimpi itu mengampiri saat ia berusia 18 tahun dan belum menjadi seorang Muslimah.

Tak lama setelah mimpi itu, ia menjadi mualaf. Ketakutan bakal diusir dari keluarga, dijauhi teman-teman, dan saudara menghantuinya begitu ia mengikrarkan memeluk Islam Juli 2001.

Gadis berdarah Aceh-Sunda kelahiran 1 Desember 1983 ini sadar, keluarganya begitu fanatik memegang agamanya. Begitu juga keluarga besarnya. Sangat sulit bagi mereka untuk menerima jika salah satu anggota keluarganya menjalani keyakinan lain.

Tapi tekadnya sudah bulat. Ia pun memantapkan keyakinannya dalam pelukan Islam. ”Jauh sebelum saya mengucapkan dua kalimah syahadat untuk masuk Islam, sudah kepikiran nantinya bakal jadi urusan keluarga.

Ternyata memang benar. Semua mualaf mengalamai hal seperti itu,” ujarnya, di sela-sela shooting untuk acara Jelang Senja Ramadhan (JSR) yang dilakukan Jamaah Syamsu Rizal (JSR) di kediaman Fahmi Darmawansyah, Senin (3/10).

Sarah menemukan Islam di usia belia. Saat itu, rumah tangga orang tuanya di ambang perceraian. Tak ingin kehilangan sandaran, ia mencari pegangan hidup sendiri. Beruntung, ia bertemu sahabat yang benar. Ia kerap mengikuti sahabatnya mengaji di Pesantren Daarut Tauhid yang diasuh KH Abdullah Gymnastiar. Lama-lama, ia menemukan damai dalam Islam.

Islam yang dipejarinya, adalah Islam yang sejuk. Islam yang mengajarkan bagaimana menata hati. Hal itu bertolak belakang dengan pemahamannya sebelumnya tentang Islam. ”Karena selama ini saya mendengar bagaimana banyak ustadz ceramahnya hanya mendiskreditkan agama tertentu,” akunya. Bahkan di hari pertama mengaji, ia sudah menitikkan air mata. ”Ketika itu ada segmen kembali kepada diri kita sendiri atau merenung, saya menangis di situ. Waktu pengajiannya malam setelah shalat Isya.”

Sarah pun ketagihan mengaji pada Aa Gym, walaupun saat itu ia belum menjadi Muslimah. Bahkan, saat temannya yang pertama kali mengajak mengaji mulai jarang datang, ia tetap bersemangat. Ia sengaja mengikuti pengajian di malam hari. ”Takut teman-teman lain yang tahu saya non-Muslim teriak, Sarah, elu ngapain bukan Muslim ada di sini?” ujarnya. Setelah sangat yakin dengan Islam, ia pun memutuskan masuk Islam. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di Bandung saat masih duduk di bangku kelas tiga SMK, beberapa saat menjelang kelulusan. Karena alasan takut itu, ia pun bersyahadat secara sembunyi-sembunyi.

Hari-hari setelah menjadi Muslim dilaluinya dengan banyak cobaan. ”Komunitas bermain saya sedikit-demi sedikit berubah,” ujarnya. Di sisi lain, ada ketakutan yang sangat akan sikap keluarganya. Lulus SMA, ia pindah ke Jakarta menemani ibunya, Nurmiaty, yang sudah bercerai dengan ayahnya. ”Akhirnya, di sana saya benar-benar seperti ayam kehilangan induk, karena nggak ada teman. Sementara sejumlah keluarga mama sering datang ke rumah dan mengajak pergi beribadat,” ujarnya.

Sarah berusaha berkelit untuk tidak pergi dengan berbagai alasan; malas, ketiduran, dan sebagainya. ”Tapi, lama-lama keluarga saya bisa curiga, kenapa ini anak? Nanti bisa ketahuan.” Lalu diatur lagi siasat setiap malam Minggu ia menginap di rumah teman. Sesekali, ia turut ke tempat ibadat agama keluarganya. Namun ia mengunci mulutnya sambil mengucapkan doanya sendiri pada Allah SWT. ”Teman ada yang menegur, ‘Sar,

kamu kok nggak nyanyi?’ Saya bilang, ‘Itu lagu baru, saya nggak hafal.’ Dalam hati saya sibuk berzikir pada Allah.”

Ia pun selama beberapa tahun sembunyi-sembnyi melakukan ibadah. Pernah suatu hari tas miliknya diperiksa dan ternyata ada buku panduan shalat di dalamnya. Mengetahui hal ini, ia berujar, ”Buku itu milik teman yang ketinggalan dan saya bawa.” Di kalangan teman-temannya, ia tetap mengaku sebagai pemeluk agama lamanya. Begitu pula ketika ia memasuki dunia sinetron. ”Semua kru menganggap saya Kristen. Tapi, ada beberapa teman yang membocorkan bahwa saya ini sudah masuk Islam tapi tidak mau mengaku.”

Ketika masuk waktu shalat, ia melaksanakan shalat sendirian secara sembunyi-sembunyi setelah pemain dan kru lain selesai shalat. Sejak 2001 sampai memasuki awal tahun 2003, ia beribadah secara sembunyi-sembunyi.

Tabir mulai terbuka pertengahan tahun 2003. Pamannya yang Muslim meninggal dunia. Sama seperti dia, sang paman juga menyembunyikan identitas kemuslimannya. Saat itu keluarga besarnya hampir menguburnya sebagai seorang Kristen, sampai ditemukan identitas yang menunjukkan kemuslimannya. Dari kejadian pamannya itu, Sarah seperti mendapat sindiran dari lingkungan keluarga. ”Makanya kalau agama itu harus jelas. Islam ya ngaku Islam, kalau Kristen ya Kristen. Kalau seperti kejadian ini serba tanggung jadi dikuburnya bingung,” tandas salah seorang keluarga seakan menohok dirinya.

Namun lagi-lagi, ia tak punya nyali untuk mengaku telah menjadi Muslimah pada keluarganya. Ia hanya berpesan pada sahabatnya, ”Seandainya saya meninggal, tolong dikuburkan secara Islam. Itu wasiat lisan kepada teman karena soal umur siapa yang tahu.”Kini pertimbangannya bukan lagi takut diusir keluarganya.

Secara ekonomi, ia sudah mapan. Ia hanya kasihan pada mamanya, yang pasti akan dihujat keluarga besarnya.

Ia menuturkan, tahun 2003 sebenarnya kabar keislamannya sudah tercium media infotainment. ”Mereka memberitakan Natalia Sarah telah menjadi seorang mualaf,” ujar pemilik nama Natilia sarah, namanya sebelum menjadi Muslim. Untungnya jam tayangnya pagi hari, sehingga tak banyak orang-orang dekatnya yang tahu.

Memasuki 2004 berita itu semakin santer. Keluarganya banyak yang tahu. Tapi mereka diam karena beranggapan nanti bakal balik lagi seperti artis yang lainnya.

Namun, ”Juni 2005 saya punya keinginan kuat berumrah. Mendengar kabar saya mau umrah, keluarga geger.

Mereka pun datang ke rumah untuk menyidang saya,” ujarnya. Keinginan itu berawal dari sibuknya dia hingga jatuh sakit dan tak berpuasa. Ia sempat pingsan sejenak dan tiba-tiba dia merasa tengah berada di tengah lautan manusia yang sedang berthawaf. Bahkan sampai tersadar, bibirnya masih melafalkan labaika Allahumma labaika. ”Sejak hari itu saya menabung dan meniatkan berumrah.”

Ketika hendak berangkat, Sarah menemui keluarganya dan sempat menangis. Ia berujar lirih, ”Ya Allah, masak saya tidak boleh untuk menginjakkan kaki ini ke Tanah Suci-Mu.” Kini, keluarga besarnya sudah memahami pilihannya memeluk Islam. Mereka menghormati. Begitu juga mama dan adik-adiknya. Ia sungguh bersyukur. (mualaf.com)

Natalie Sarah
Tanggal Lahir : 1 Desember 1983
Pekerjaan : Bintang Sinetron dan Presenter
Aktivitas : Anggota pengajian Jamaah Syamsu Rizal (JSR) ( n dam )

Proses Keislaman Natalie Sarah

AWALNYA sekadar ingin menyenangi hati teman-temannya yang mengajaknya ikut hadir dalam pengajian dan mendengar ceramah Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym di Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, Jawa Barat.

Akhirnya, pertengahan tahun 2001 Natalie Sarah tertarik untuk memeluk agama Islam. “Saya masuk Islam karena faktor keluarga, diajak temen hadir dalam pengajian Daarut Tauhid, dengar ceramah Aa Gym, sampai akhirnya mungkin mendapat hidayah untuk memeluk Islam,” jelas Sarah.

Ketika pertama kali memeluk Islam, Sarah menganggap agama ini sangat berat. Ini dikarenakan dia merasa kaget saat mengetahui surat-surat yang ada di Alquran harus dihafalnya dalam bahasa Arab bukan Indonesia.

Berkat kemauan dan bantuan dari teman-temannya, Sarah akhirnya bisa menghafal. “Kalau hati kita ikhlas, belajarnya gampang,” ungkapnya.

Namun, menjadi seorang muslimat tak semudah membalikkan telapak tangan. Sarah sempat terjerumus dalam kehidupan malam ketika baru terjun ke dunia hiburan. Tahun 2004, wanita kelahiran 1 Desember 1983 ini kembali memperdalam agama Islam. “Aku senang kalau bisa baca Alquran,” tutur Sarah yang telah bisa membaca Alquran mesti belum lancar.

Saat ini, wanita berhidung bangir ini berharap bisa membaca Alquran hingga khatam. Tidak hanya itu, jika memiliki rezeki, Sarah ingin menunaikan ibadah haji. “Tapi sebelum naik haji, aku ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi mama dan adik-adikku, tutur Sarah.

Mualaf Ngumpet-Ngumpet

Tahun ini, Sarah mengaku pengalaman kerohaniannya makin dalam. “Alhamdulillah, meski soal ilmu agama aku belum punya banyak, tetapi dalam hal keimanan, aku merasakan kemajuan yang sangat besar,” ujar Sarah yang kini rajin mengikuti pengajian.

“Sekarang, aku aktif ikut pengajian setiap Kamis malam. Selain itu aku juga selalu ikut I Like Monday di tempat Ustaz Jeffry, tiap Senin malam,” ujar Sarah yang pertama kali mengenal Islam, saat bersekolah di Bandung.

“Pertama kali, karena diajak teman ikut ke pengajian Daarut Tauhid. Kata temanku itu, ‘Sar, kamu dengarin ceramah ustaz Aa Gym, deh. Dia itu pasti bisa menenangkan hati kamu yang kayak sekarang.'”

Saat itu, Sarah memang sedang dalam keadaan labil dan bingung. “Keluargaku sedang dilanda banyak sekali masalah. Kacau sekali, buntutnya bikin kami broken home.” Mengikuti saran sang teman, Sarah yang kala itu masih duduk di bangku SMKK pun pergi mendengarkan ceramah Aa Gym. “Saat itu hati ini rasanya tersentuh banget. Ceramah Aa bagus sekali.”

Tiga kali Sarah mengikuti sang teman ke pengajian. “Yang ke -4, malah aku yang merengek-rengek mengajak mereka.” Yang unik, “Aku selalu datang setelah salat Isya. Soalnya aku takut ketahuan belum bisa salat,” cerita Sarah yang kala itu harus pinjam kerudung sana-sini setiap mau ke pengajian. “Sejak itu, aku merasa sreg dengan agama Islam.”

Sempat timbul kekhawatiran di hati Sarah. “Aku mikir, kalau aku masuk Islam, pasti nanti keluarga dan teman akan menjauhi.” Tapi, “Makin hari keinginan itu rasanya makin mantap. Jadi aku berusaha menguatkan diri dan memilih menjalani apa yang aku rasakan di hati ini,” cerita Sarah yang resmi memeluk Islam sejak Juli 2001.

Rajin Istikharah

Kini, 5 tahun menjadi mualaf, Sarah berharap dirinya bisa menjadi muslimah yang baik. “Aku ingin membenahi hati ini, jadi orang yang lebih baik,” ujar Sarah yang setahun belakangan serius belajar baca Al-Quran.

Di bulan Ramadan ini, Sarah bertekad memantapkan pelajaran mengajinya. “Sebisanya aku ingin setiap hari mengaji. Lumayan repot juga sih, mengatur waktu. Soalnya aku juga harus syuting sinetron religi dan jadi presenter acara Ramadan, Jamaah Syamsu Rizal yang tayang di TVRI,” kisah Sarah yang 4 hari pertama puasa kali ini, selalu berbuka puasa di lokasi syuting.

Setiap waktu berbuka, cerita Sarah, “Seluruh pemain dan kru diharuskan makan makanan kecil. Setelah itu kami salat berjamaah, baru kemudian makan bersama. Habis itu, enggak langsung syuting, lo. Pak sutradara malah mengajak kami Tarawih bersama. Benar-benar ini syuting ternikmat yang pernah aku rasakan. ”

Untuk sahur? “Aku selalu makan lengkap, nasi dengan lauk pauk. Setiap hari, Mama selalu masakin aku menu yang enak-enak dan bergizi. Maksudnya supaya staminaku tetap oke, dan pekerjaan lancar meski puasa,” cerita Sarah yang juga bergantung pada sang ibu soal urusan bangun subuh untuk makan sahur. “Wah, di rumah, yang bisa bangun subuh kan, cuma Mama seorang,” cerita Sarah yang juga sering ditemani adik-adiknya kala makan sahur ini. “Kadang mereka suka ikut-ikutan sahur juga.”

Satu yang mengganggu benak Sarah, “Membayangkan Lebaran sendirian. Sudah 4 Lebaran ini aku sendirian.

Sedih aja.” Untunglah 2 tahun belakangan ini Sarah sudah punya tambatan hati yang bisa menghibur kesedihannya, Abdullah Rizal. Dengan pengusaha muda yang memiliki darah Arab ini Sarah memang sudah menjalin hubungan nyaris 2 tahun lamanya. “Kami pacaran sejak Januari 2004.”

Diakui Sarah, hubungannya dengan Rizal memang serius. Kapan akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan?

“Wah, kalalu aku sih, sudah ingin sekali menikah, karena nikah itu kan, ibadah. Rizal juga begitu. Pemikiran ke sana sudah ada. Keluarganya juga sudah sering bilang sama aku. Mamaku sendiri juga sudah memberi dukungan untuk aku menikah.”

Lalu, tunggu apa lagi, Sar? “Kami ingin lebih siap lagi secara materi. Bukannya aku merasa kurang dengan apa yang sudah kumiliki saat ini. Bukan. Hanya saja, saat ini aku merasa masih punya banyak pe-er. Masih ada 3 adikku yang harus aku biayai sekolahnya,” ujar gadis yang menjadi tulang punggung keluarga sejak sang ayah pergi meninggalkan keluarga mereka ini. Jadi? “Doakan saja ya, semoga aku enggak harus menunggu lama lagi untuk menikah,” bisik Sarah yang diam-diam kini sering melakukan salat istikharah ini. (tabloidnova)

Natalie Sarah
“NGIRI” PADA INEKE & CHECHE KIRANI

Sukacita. Demikianlah si cantik Natalie Sarah menyambut datangnya bulan Ramadan. Sahur, puasa, berbuka, salat lima waktu plus Tarawih, semua dilakukan Sarah dengan penuh semangat. Ya, pemeran Memey di sinetron Kawin Gantung ini memang bertekad untuk menjadikan puasanya kali ini penuh makna dan ibadah.

Ya, Ramadan kali ini memang baru Ramadan kelima bagi Sarah. Meski begitu, ada yang unik pada diri gadis batak yang baru jadi mualaf sejak pertengahan 2001 lalu ini. Belakangan ia terlihat selalu tampil tertutup, berbusana muslim lengkap dengan penutup kepala. Ada apa gerangan? “Alhamdulillah, untuk Ramadan ini, aku sudah berniat akan selalu memakai jilbab. Sebenarnya, dua minggu sebelumnya pun, aku sudah pakai jilbab tiap hari,” ujar Sarah berseri-seri.

Lalu, bagaimana dengan sesudah Lebaran? “Setelah Lebaran, apa aku akan terus pakai jilbab? Jujur saja, keinginan ke arah sana sudah ada. Tapi sepertinya untuk saat ini belum bisa terealisasi karena masih terikat kontrak dengan sebuah rumah produksi.”

Sarah sadar, untuk keperluan syuting dirinya belum bisa full memakai jilbab. “Karena ketika aku menandatangani kontrak dulu, aku, kan, tidak mencantumkan hal tersebut,” ujar gadis yang kini enggak mau lagi pakai baju yang hanya satu tali.

Nanti, ujar Sarah, jika dirinya memang sudah benar-benar mantap untuk seterusnya berjilbab, “Aku tetap akan berdiskusi dulu dengan rumah produksi yang mengontrakku secara eksklusif. Kalau memang mereka setuju, alhamdulillah. Tapi kalau pun tidak, tetap bisa dicari jalan keluarnya. Misalnya menyelesaikan dulu sisa kontrak, baru sesudahnya memakai jilbab,” ujar Sarah yang mengaku amat terkesan melihat para seniornya yang sudah lebih dahulu memakai busana muslim.

“Seperti Mbak Ineke Koesherawati, Astri Ivo, dan Cheche Kirani. Masya Allah, mereka itu tambah cantik setelah pakai jilbab.” Seperti para seniornya itu pula, Sarah yakin bahwa memakai busana muslim tak akan menghalangi langkahnya di dunia hiburan. “Job jadi berkurang? Mungkin saja. Tapi tidak perlu khawatir, karena jodoh, rezeki ataupun maut itu kan, di tangan Tuhan,” ujarnya bijak.

Meski begitu, diam-diam Sarah sudah menyiapkan lahan baru untuk dirinya kelak, andai tak lagi berkarier di sinetron. “Bukan karena khawatir. Ini hanya untuk antisipasi ke depan saja. Misalnya nanti aku enggak main sinetron lagi, aku sudah punya usaha lain,” ujar Sarah yang ternyata sedang merintis usaha busana muslim.

“Aku ingin buka butik sendiri,” cerita Sarah yang mendesain sendiri semua busana yang dijualnya. “Enggak cuma mendesain, yang membuat pola dan motong kainnya juga aku. Tapi untuk menjahit, aku punya 2 pegawai.”

Desain & Potong Sendiri

Yang unik dari busana muslim buatan Sarah, “Banyak yang ukuran kecil, S, XS, dan XXS. Ini berangkat dari pengalaman pribadiku, setiap kali mau beli baju muslim, pasti kedodoran.
Susah sekali mencari yang cocok dengan badanku. Rata-rata baju muslim memang didesain berukuran besar,” ujar gadis berperawakan mungil ini.

Sebenarnya, busana muslim karya Sarah sudah cukup banyak. “Kalau dikumpulin dari awal, sudah cukup banget untuk buka butik. Tapi, setiap kali habis bikin, seringnya langsung habis dibeli sama teman-teman pengajian,” cerita Sarah yang tidak mau memproduksi massal setiap desainnya. “Jadi eksklusif.”

Memang, dari kecil Sarah bercita-cita menjadi desainer. “Dari kecil aku sudah nyoba bikin baju barbie sendiri.

Makanya waktu SMKK, aku ambil jurusan disain.” Namun perjalanan hidup membawa Sarah menjadi seorang model, kemudian terjun ke dunia sinetron. “Tadinya enggak kepikir akan membuka butik atau semacamnya.

Tapi, saat pulang umrah kemarin, aku tiba-tiba dapat semacam pencerahan. Dorongan untuk membuka butik busana muslim mendadak muncul.”

Sejak itu, Sarah giat membuat berbagai desain. “Aku beli mesin jahit lagi. Sekarang di rumah sudah ada 4 mesin jahit. Aku juga turun langsung mencari bahan. Biasanya sih, aku hunting sendiri kain di pasar Mayestik,” cerita Sarah yang semula malu-malu memasarkan produknya ini. “Biasanya aku bawa ke pengajian. Cukup ditunjukin ke satu orang, berikutnya sudah nyebar sendiri.”

Baru sebulan, Sarah sudah menerima banyak pesanan. “Pernah aku dapat pesanan khusus yang pembuatannya rumit banget. Sukses, sih, tapi setelah itu aku kapok bikin yang model begitu lagi. Habis, susah dan lama banget bikinnya,” ujar Sarah yang mengaku tak berani mematok harga tinggi untuk baju-baju produksinya. “Yang paling murah, satu stel atas-bawah 140 ribu rupiah. Yang paling mahal, 500 ribu rupiah, tapi itu cuma satu disain, kok. Rata-rata kebanyakan, sih, berharga 200-an ribu rupiah.”

Prinsip Sarah, “Membuat busana muslim yang cantik dan modis, tapi harganya terjangkau.” Tak jarang jika ada yang minta dibuatkan baju dan menanyakan harga, Sarah balik bertanya, “Kamu punya bujet berapa?” Untuk memenuhi selera pasar, Sarah tak mau menetapkan satu jenis desain saja. “Mulai dari yang bergaya etnik, serba formal, sampai yang casual dan ceria khas remaja, tersedia. Bahannya juga macam-macam, raw silk, thai silk, sutra, organdi, dan macam-macam lagi.”

Seriuskah Sarah dengan bisnis barunya ini? “Insya Allah, aku serius banget. Malah cita-citaku suatu hari nanti butikku bisa sebesar Shafira. Punya berbagai koleksi eksklusif yang bisa bikin pemakainya semakin cantik.”

Saat ini, Sarah mengaku akan berkonsentrasi pada peningkatan produksi terlebih dahulu. “Tapi aku belum bisa melakukan promosi yang besar. Soalnya belum ada mereknya.”

Rupanya Sarah kebingungan dalam memberi label pada produknya. “Aku belum dapat nama yang pas. Aku enggak mau terburu-buru. Kalau memang belum nemu yang cocok di hati, ya, enggak mau dipaksakan.”
Demikian Artikel Tentang Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah

Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah

Natalie Sarah : Mendapat Hidayah bermimpi membaca surat Al Fatihah

Tutup Sidebar
Sidebar
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

Chat via Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin 1
● online
Admin 2
● online
Admin 1
● online
Halo, perkenalkan saya Admin 1
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja